Minggu, 21 Desember 2025

Menjaga Alam Lewat Bauran Energi

Photo Author
- Minggu, 7 Desember 2025 | 16:00 WIB
Yuliot Tanjung, Wakil Menteri ESDM Republik Indonesia. (Foto: Instagram)
Yuliot Tanjung, Wakil Menteri ESDM Republik Indonesia. (Foto: Instagram)

ESENSI.TV, JAKARTA - Perubahan iklim yang kini melanda dunia, termasuk Indonesia, patut diantisipasi secara cerdas. Mulai dari cuaca ekstrem hingga naiknya risiko bencana alam yang terjadi seolah silih berganti.

Akibatnya, pengelolaan energi kini bukan sekadar soal ketersediaan listrik, melainkan juga soal masa depan lingkungan hidup dan kesejahteraan manusia.

Struktur pasokan energi (energy mix/bauran energi) menjadi penentu. Semakin besar porsi energi rendah karbon (terutama energi baru dan terbarukan/EBT), maka semakin rendah potensi emisi karbon, polusi udara, dan kerusakan lingkungan yang tercipta.

Baca Juga: Cara Pintar Gen Z Merawat Pakaian Thrift Agar Tetap Awet dan Stylish

Bagi Indonesia—negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam seperti panas bumi, air, sinar matahari, dan biomassa—transisi ke energi bersih bukan hanya pilihan cerdas, tetapi menjadi strategi penting menjaga bumi dan generasi mendatang.

Gambaran Terbaru

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, pada semester I-2025 terjadi penambahan kapasitas pembangkit berbasis EBT sebesar 876,5 megawatt (MW).

Total kapasitas terpasang EBT per Juni 2025 tercatat sebesar 15,2 gigawatt (GW), atau setara dengan 14,5% dari total kapasitas pembangkit nasional. Sementara, total kapasitas listrik terpasang nasional mencapai 105 GW pada semester I-2025, meningkat 4,4 GW dibanding akhir 2024.

Data ini menunjukkan adanya kemajuan nyata dalam menambah kapasitas EBT, yaitu bukti bahwa transisi energi bukan sekadar wacana.

Baca Juga: Misbakhun Tekankan Peran OJK dalam Pembiayaan Petani untuk Stabilitas Ekonomi dan Pangan Daerah

Hal ini mempersandingkan antara realisasi dan target-target yang masih harus dikebut. Sebagaimana diketahui, pemerintah menargetkan agar bauran EBT mencapai 23% dari total kapasitas pembangkit pada akhir 2025.

Namun, dengan capaian 14,5% per pertengahan 2025, ada jarak cukup besar terhadap target tersebut. Artinya, untuk memenuhi target, perlu percepatan signifikan dalam beberapa bulan ke depan.

Dengan demikian, realisasi saat ini menunjukkan kemajuan, tetapi target 23% di 2025 belum tercapai. Artikel ini akan membedakan dengan jelas antara data realisasi tentang apa yang sudah ada, dan target/kebijakan yaitu apa saja yang direncanakan.

Kebijakan dan Infrastruktur Pendukung

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM menyusun beberapa langkah strategis sebagai upaya percepatan transisi energi.

Pertama, penambahan kapasitas EBT secara sistemik, yaitu proyek besar (geothermal, hidro, solar farm), serta membuka kesempatan bagi sektor swasta dan Independent Power Producer (IPP).

Halaman:

Editor: Raja H. Napitupulu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Banjir dan Hasrat Pembangunan

Kamis, 18 Desember 2025 | 11:03 WIB

Menjaga Alam Lewat Bauran Energi

Minggu, 7 Desember 2025 | 16:00 WIB

Simalakama AI untuk Media Massa

Minggu, 28 September 2025 | 13:00 WIB

Listrik Desa sebagai Jembatan Keadilan Energi

Minggu, 7 September 2025 | 13:56 WIB

Listrik Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat

Rabu, 3 September 2025 | 20:14 WIB

Deforestasi Indonesia Tanggung Jawab Dunia

Minggu, 12 Januari 2025 | 12:16 WIB

Semua Ada Akhirnya

Rabu, 9 Oktober 2024 | 08:24 WIB
X