ESENSI.TV, JAKARTA - Perubahan iklim yang kini melanda dunia, termasuk Indonesia, patut diantisipasi secara cerdas. Mulai dari cuaca ekstrem hingga naiknya risiko bencana alam yang terjadi seolah silih berganti.
Akibatnya, pengelolaan energi kini bukan sekadar soal ketersediaan listrik, melainkan juga soal masa depan lingkungan hidup dan kesejahteraan manusia.
Struktur pasokan energi (energy mix/bauran energi) menjadi penentu. Semakin besar porsi energi rendah karbon (terutama energi baru dan terbarukan/EBT), maka semakin rendah potensi emisi karbon, polusi udara, dan kerusakan lingkungan yang tercipta.
Baca Juga: Cara Pintar Gen Z Merawat Pakaian Thrift Agar Tetap Awet dan Stylish
Bagi Indonesia—negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam seperti panas bumi, air, sinar matahari, dan biomassa—transisi ke energi bersih bukan hanya pilihan cerdas, tetapi menjadi strategi penting menjaga bumi dan generasi mendatang.
Gambaran Terbaru
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, pada semester I-2025 terjadi penambahan kapasitas pembangkit berbasis EBT sebesar 876,5 megawatt (MW).
Total kapasitas terpasang EBT per Juni 2025 tercatat sebesar 15,2 gigawatt (GW), atau setara dengan 14,5% dari total kapasitas pembangkit nasional. Sementara, total kapasitas listrik terpasang nasional mencapai 105 GW pada semester I-2025, meningkat 4,4 GW dibanding akhir 2024.
Data ini menunjukkan adanya kemajuan nyata dalam menambah kapasitas EBT, yaitu bukti bahwa transisi energi bukan sekadar wacana.
Baca Juga: Misbakhun Tekankan Peran OJK dalam Pembiayaan Petani untuk Stabilitas Ekonomi dan Pangan Daerah
Hal ini mempersandingkan antara realisasi dan target-target yang masih harus dikebut. Sebagaimana diketahui, pemerintah menargetkan agar bauran EBT mencapai 23% dari total kapasitas pembangkit pada akhir 2025.
Namun, dengan capaian 14,5% per pertengahan 2025, ada jarak cukup besar terhadap target tersebut. Artinya, untuk memenuhi target, perlu percepatan signifikan dalam beberapa bulan ke depan.
Dengan demikian, realisasi saat ini menunjukkan kemajuan, tetapi target 23% di 2025 belum tercapai. Artikel ini akan membedakan dengan jelas antara data realisasi tentang apa yang sudah ada, dan target/kebijakan yaitu apa saja yang direncanakan.
Kebijakan dan Infrastruktur Pendukung
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM menyusun beberapa langkah strategis sebagai upaya percepatan transisi energi.
Pertama, penambahan kapasitas EBT secara sistemik, yaitu proyek besar (geothermal, hidro, solar farm), serta membuka kesempatan bagi sektor swasta dan Independent Power Producer (IPP).
Artikel Terkait
Wamen ESDM: Pemerintah Tingkatkan Ketersediaan FAME di Dalam Negeri untuk Program B50
Optimalkan Potensi 3.687 GW, Wamen ESDM Dorong Percepatan Pemanfaatan EBT Indonesia
Wamen ESDM: Dalam 10 Tahun, Proyek EBT Ciptakan 760.140 Lowongan
Sampah Jadi Listrik, ESDM: Wujudkan Revolusi Energi Nasional
Kementerian ESDM Gandeng Empat Kampus untuk Lakukan Riset Eksplorasi Mineral Kritis