Senin, 22 Desember 2025

Simalakama AI untuk Media Massa

Photo Author
- Minggu, 28 September 2025 | 13:00 WIB
Ilustraai AI untuk media massa. (Foto: Unsplash)
Ilustraai AI untuk media massa. (Foto: Unsplash)

ESENSI.TV, JAKARTA - Teknologi AI ibarat buah simalakama untuk industri media massa. Menolaknya, membuat media massa kian terisolasi di tengah arus deras perubahan.

Menerimanya, juga menciptakan kerentanan manipulasi dan eksploitasi yang semakin mengikis eksistensi media massa di hadapan khalayak. 

AI Generatif seperti ChatGPT, Gemini, Claude, dan Midjourney telah mengubah peta industri konten digital secara radikal. Untuk media massa yang sedang terhuyung-huyung oleh tekanan disrupsi, AI generatif seperti berkah yang turun dari langit.

Media massa kini mampu memproduksi teks, gambar, video dalam hitungan menit, dengan tingkat kematangan narasi dan visualisasi yang membutuhkan waktu dan biaya besar jika dikerjakan dengan tenaga manusia. 

Baca Juga: DPR Dukung Penuh Perbaikan Coretax, Misbakhun Tekankan Transparansi dan Kemudahan

Namun berkah itu bukan hanya untuk insan media, melainkan untuk semua orang. Tak pelak lagi, ruang digital dibanjiri konten dengan beragam kualitas, dari yang jurnalistik hingga yang sekedar spam atau konten sintetis murni buatan mesin. Lonjakan volume konten mewarnai jagat digital.

Persoalannya kemudian, bagaimana nasib monetisasi konten jurnalistik? Menjadi lebih mudahkah? Secara faktual, masyarakat sedang menghadapi limpah ruah informasi.

Informasi begitu mudah didapatkan di mana saja, tidak hanya di media massa. Bahkan narasi komprehensif dapat diperoleh dari beberapa prompt di aplikasi AI Generatif. Mendorong khalayak untuk tetap mengakses media massa, jelas menuntut upaya yang jauh lebih keras dan strategis di sini.

Pengutamaan Konten Orisinil

Sayangnya, faktor penentunya bukan pada diri media massa sendiri, melainkan pada kebijakan dan keputusan perusahaan platform digital. Semua pihak paham media massa umumnya sangat bergantung —bahkan hingga pada titik yang sangat rentan— pada platform media sosial dan mesin pencari untuk meraih trafik, membangun interaksi sosial, dan mengonversinya menjadi pendapatan iklan.

Karena itu, setiap perubahan yang dilakukan platform digital guna beradaptasi dengan ledakan pengaruh teknologi AI juga berdampak langsung pada praktik bermedia massa secara keseluruhan.

Perubahan yang dimaksud misalnya ketika lonjakan volume konten buatan AI memaksa platform besar seperti Google dan Meta memperketat kurasi dan penilaian kualitas konten yang disebarkan melalui platform mesin pencarian dan media sosial yang mereka operasikan.

Google telah menata ulang algoritma pencariannya untuk mengurangi dominasi konten sintetis berkualitas minimal di tampilan hasil pencarian. Google berusaha memisahkan antara konten murni buatan AI dengan konten dengan sentuhan editorial manusia (original content). Dalam kerangka ini, Google menerapkan standar E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) guna memastikan konten dengan nilai informasional tinggi diprioritaskan dalam peringkat hasil pencarian.

Experience menuntut pengalaman langsung penulis, Expertise mengharuskan keahlian penulis yang dapat diverifikasi, Authoritativeness menekankan otoritas sumber yang digunakan, dan Trustworthiness mengacu pada tingkat keandalan konten, termasuk akurasi fakta, transparansi sumber, dan integritas penulis atau media massa.

Meta, induk perusahaan dari Facebook dan Instagram, menghadapi tantangan serupa dengan lokus yang berbeda. Mereka telah menerapkan algoritma yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi sosial di sekitar konten pengguna. Namun, banjir konten AI generatif beresiko mengurangi makna dan nilai ekonomi dari interaksi tersebut.

Halaman:

Editor: Raja H. Napitupulu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Banjir dan Hasrat Pembangunan

Kamis, 18 Desember 2025 | 11:03 WIB

Simalakama AI untuk Media Massa

Minggu, 28 September 2025 | 13:00 WIB

Listrik Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat

Rabu, 3 September 2025 | 20:14 WIB

Semua Ada Akhirnya

Rabu, 9 Oktober 2024 | 08:24 WIB

Mpox dan Empat Generasi Vaksin

Selasa, 27 Agustus 2024 | 16:56 WIB

Dampak Negatif Pilpres 2024 terhadap Masyarakat

Selasa, 23 Juli 2024 | 16:37 WIB

WNA Korea yang Kerja di Indonesia Rasis!?

Sabtu, 15 Juni 2024 | 14:00 WIB

Nobel Caltech. 1 Kampus Meraih 47 Nobel

Selasa, 11 Juni 2024 | 14:30 WIB

Belajar Dari Soeharto dan Nadiem Makarim

Rabu, 29 Mei 2024 | 15:05 WIB
X