Maka dilakukan pendekatan kecukupan kalori dan kebutuhan minimal non-makanan. Ukuran ini hasilnya berada di atas ukuran WB versi USD 2,15 PPP.
Menghasilkan angka kemiskinan sebesar 24 juta orang. Ukuran ini menggambarkan mereka yang hanya mampu bertahan hidup beberapa hari dengan kondisi ekonomi yang sangat minimalis (zero saving).
Jadi, mengukur kemiskinan itu tergantung kondisi apa yang mau kita ukur.
Seperti ukuran WB yang ada tiga versi tadi, tergantung sisi apa yang mereka ingin lihat.
Catatan untuk GK Bank Dunia (International Poverty Lines)
Itu ukuran yang sangat kasar, menjeneralisir sesuatu yang tak mungkin bisa diukur tepat by country.
PPP itu hanya diwakili oleh sedikit barang saja. Padahal pola konsumsi di setiap negara itu sangat variatif dan berbeda-beda. Bank Dunia mengetahui itu, tapi ibaratnya itulah satu-satunya cara (yang sangat kasar) untuk perbandingan antarnegara.
Dengan keterangan ini, kalau untuk program pengentasan kemiskinan, ukuran national poverty line BPS jauh lebih layak.
Mengapa layak? Karena ukuran ini merepresentasikan sekelompok orang yang berada pada suatu stratum sosial, ekonomi, dan budaya yang sama, yang secara ekonomi sangat subsisten (the lowest and the least), secara akses sangat terbatas (the last), dan secara sosial terealienasi (the lost).***
Penulis: Jousairi Hasbullah (Pengamat Pembangunan Sosial)
Bandung, 5 Mei 2025
Artikel Terkait
Kisah Nenek Kaswiyah Warga Jawa Tengah, Hidup Miskin Tak Tersentuh Dana BLT
Anggaran Bansos Meledak, Jangan Jadikan Orang Miskin untuk Mengeruk Suara
UGM Buka Pendaftaran bagi Siswa Berprestasi dari Keluarga Miskin Batas Akhir 12 Juni 2024
Kemensos dan Kemendikdasmen Siapkan Sekolah Rakyat untuk Anak-Anak Miskin Ekstrem
Dukung Akses Pendidikan Lebih Luas untuk Anak Keluarga Miskin, Gubernur Maluku Utara Siapkan Lahan 10 HektarĀ