kecantikan-gaya-hidup

Retro Bangkit Lagi, Gen Z Jadikan Gaya Jadul Sebagai Identitas Baru

Senin, 24 November 2025 | 17:00 WIB
Ilustrasi. Gen Z mempopulerkan retro, memadukan gaya klasik dengan tren modern untuk ekspresi diri yang unik. (Foto: Freepik)

ESENSI.TV, GAYA HIDUP - Siapa sangka, di tengah kemajuan teknologi yang serba cepat, anak-anak muda yang lahir di era internet alias Gen Z, justru menggairahkan kembali gaya retro. 

Kamera analog, kaset pita, pakaian vintage, hingga musik lawas kembali jadi barang buruan Gen Z.Padahal, banyak dari mereka belum lahir saat era tersebut berlangsung. 

Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, ini adalah gerakan budaya baru yang dipimpin Gen Z, yang menemukan pesona masa lalu di tengah dunia yang semakin digital.

Kebangkitan retro bagi Gen Z berawal dari kebutuhan untuk merasakan sesuatu yang lebih nyata. 

Baca Juga: Pemerintah Tancap Gas Percepat Swasembada Beras, Mentan Tegaskan Impor Ilegal Akan Disikat Habis

Dalam kehidupan yang dipenuhi layar dan kecepatan informasi, benda analog menawarkan pengalaman yang pelan, penuh proses, dan terasa lebih personal. 

Foto analog misalnya, mengundang rasa penasaran karena hasilnya tidak bisa dilihat instan. 

Vinyl dan kaset memiliki ritual tersendiri sebelum bisa dinikmati. Bagi Gen Z, keunikan dan ketidaksempurnaan itu justru menjadi daya tarik utama.

Peran media sosial juga tidak bisa dipisahkan dari tren ini. TikTok dan Instagram telah menjadi panggung besar bagi estetika retro, dari fesyen hingga hobi analog. 

Banyak anak muda menemukan inspirasi dari konten vintage lifestyle, lalu mencoba gaya tersebut dan akhirnya ikut memperluas tren. 

Baca Juga: Viral! Kecelakaan di Tol Lampung Bongkar Pengiriman Ribuan Pil Ekstasi, Kasus Ditarik ke Mabes Polri

Fesyen 80–90-an yang dulu dianggap kuno, kini muncul kembali dalam gaya sehari-hari, dipadukan dengan sentuhan modern agar tetap relevan dan personal.

Kesadaran lingkungan turut menjadi pendorong. Gen Z dikenal kritis terhadap isu keberlanjutan, sehingga pakaian bekas dan barang preloved dianggap lebih bertanggung jawab ketimbang membeli produk baru yang sarat limbah. 

Thrifting lalu berubah menjadi gaya hidup, bukan sekadar aktivitas belanja. Mereka mencari potongan unik yang tidak diproduksi massal dan memiliki nilai sejarah.

Halaman:

Tags

Terkini