Sebagai generasi yang tumbuh di era media sosial, orang tua Gen Z sadar bahwa bully tidak hanya terjadi di sekolah, tapi juga di dunia maya. Karena itu, mereka aktif memantau aktivitas digital anak tanpa bersikap terlalu mengontrol.
Mereka juga mengajarkan anak bagaimana menggunakan media sosial dengan bijak, melapor jika ada akun yang melecehkan, dan tidak membalas dengan kebencian.
4. Berkoordinasi dengan Sekolah Secara Kolaboratif
Alih-alih langsung memarahi pihak sekolah, orang tua Gen Z biasanya memilih pendekatan dialogis. Mereka akan menghubungi guru, wali kelas, atau konselor untuk bersama-sama mencari solusi terbaik.
Pendekatan ini dianggap lebih efektif karena fokus pada penyelesaian masalah dan pencegahan agar hal serupa tidak terulang.
Baca Juga: Menikmati Kedamaian di Pantai Wawaran, Keindahan Alami dan Ketentraman di Ujung Pesisir Pacitan
5. Menanamkan Nilai Kepercayaan Diri dan Rasa Berharga
Setelah insiden bullying, fokus utama adalah membangun kembali kepercayaan diri anak. Orang tua Gen Z cenderung menanamkan nilai bahwa harga diri tidak ditentukan oleh opini orang lain.
Mereka mendorong anak untuk tetap melakukan hal yang disukai, bergaul dengan teman yang positif, dan mengenal potensi dirinya. Dengan cara ini, anak tumbuh lebih kuat secara emosional dan tidak mudah terpuruk.
Pada akhirnya, orang tua Gen Z memahami bahwa menghadapi bullying bukan hanya soal menghentikan pelaku, tetapi juga menyembuhkan korban.
Mereka lebih sadar pentingnya kesehatan mental dan komunikasi terbuka di rumah. Dengan pendekatan empatik, modern, dan bijak, orang tua muda masa kini membantu anak menghadapi dunia dengan hati yang kuat dan pikiran yang tenang.*** (LL)