Banyak yang mengaku lebih fokus saat belajar, tidak mudah terbawa tekanan, dan lebih mampu mengelola emosi.
Bahkan sebagian memasukkan meditasi ke rutinitas pagi untuk menciptakan energi positif, atau ke rutinitas malam sebagai penutup hari yang lebih lembut.
Baca Juga: Tak Terduga! Trump dan Mamdani Tampilkan Kehangatan dalam Pertemuan Pertama di Gedung Putih
Beberapa komunitas kampus dan kantor yang mempekerjakan anak muda juga mulai menyediakan sesi mindfulness bersama karena terbukti membantu meningkatkan produktivitas dan suasana kerja.
Meski begitu, perjalanan menuju hidup yang lebih mindful bukan tanpa tantangan.
Konsistensi sering menjadi masalah utama, terutama ketika aktivitas padat membuat meditasi terasa seperti pekerjaan tambahan.
Namun Gen Z semakin memahami bahwa mindfulness tidak harus sempurna atau panjang.
Cukup tiga menit bernapas dengan sadar pun sudah dapat memberi perbedaan. Inilah yang membuat praktik ini bertahan, yaitu kesederhanaannya.
Baca Juga: Audit BPK Temukan Kerugian Fantastis dalam Modernisasi Pabrik Gula Situbondo
Pada akhirnya, mindfulness bagi Gen Z bukan sekadar upaya melawan stres, tetapi cara untuk mengenal diri sendiri dalam dunia yang serba cepat.
Ini adalah bentuk resistensi halus terhadap tekanan hidup modern, sebuah pengingat bahwa ketenangan dapat ditemukan kapan saja, bahkan hanya dalam hening sesaat di antara dua notifikasi.
Jika tren ini terus tumbuh, bukan tidak mungkin generasi termuda ini justru menjadi generasi yang paling sadar diri dan paling terhubung dengan kesejahteraan mentalnya.***(LL)
Artikel Terkait
Fenomena Paylater di Kalangan Gen Z, Praktis, Tapi Penuh Risiko Finansial
Rutinitas Sederhana ala Gen Z untuk Mengurangi Stres Tanpa Harus Healing Mahal
Scroll Tanpa Henti, Begini Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental Gen Z
Rekomendasi Kado Ulang Tahun untuk Gen Z: Kreatif, Estetik, dan Anti Gagal
Gen Z dan Insecurity: 5 Hal yang Sering Bikin Percaya Diri Menurun