ESENSI.TV, GAYA HIDUP - Di era digital yang serba cepat ini, hubungan keluarga mengalami perubahan yang signifikan.
Gen Z, mereka yang lahir sekitar tahun 1997–2012, tumbuh di tengah teknologi, media sosial, dan budaya global yang sangat memengaruhi pola pikir serta interaksi mereka.
Pertanyaannya, apakah perkembangan ini membuat Gen Z semakin dekat dengan keluarga, atau justru menciptakan jarak emosional yang lebih lebar?
Lebih Dekat Lewat Teknologi
Bagi sebagian Gen Z, teknologi justru menjadi jembatan penghubung dengan keluarga.
Video call, grup WhatsApp, hingga berbagi momen lewat Instagram atau TikTok membuat komunikasi lebih intens, meski terhalang jarak.
Baca Juga: Kartu Identitas Liputan Reporter Istana Dicabut, IJTI Ajukan 4 Sikap
Banyak orang tua kini belajar menyesuaikan diri dengan dunia digital anak-anak mereka, sehingga percakapan tidak lagi terbatas di meja makan, melainkan bisa berlangsung kapan saja melalui gawai.
Namun, Bisa Juga Lebih Jauh
Di sisi lain, penggunaan gadget yang berlebihan juga bisa menciptakan jarak.
Gen Z cenderung lebih nyaman mencurahkan isi hati ke teman atau komunitas online dibanding berbicara langsung dengan keluarga.
Hal ini membuat sebagian orang tua merasa terasingkan, karena percakapan tatap muka berkurang.
Fenomena "sibuk dengan layar” sering memunculkan kesan bahwa hubungan keluarga terasa renggang meski tinggal serumah.
Baca Juga: Persahabatan Gen Z di Era Digital, Dari Chat Virtual hingga Ikatan Nyata yang Tak Terduga
Artikel Terkait
Mengungkap Cara Gen Z Mengelola Identitas Diri di Dunia Maya
Gen Z Ubah Cara Pandang Pendidikan, Gelar Tidak Lagi Kunci Utama
Cara Cerdas Gen Z Menyiapkan Dana Darurat agar Keuangan Tetap Aman
Gaya Rambut Kekinian Favorit Gen Z, Bikin Penampilan Makin Stylish
Persahabatan Gen Z di Era Digital, Dari Chat Virtual hingga Ikatan Nyata yang Tak Terduga