ESENSI.TV, GAYA HIDUP - Di era digital saat ini, hubungan pertemanan tidak lagi hanya terbentuk dari pertemuan langsung di sekolah, kampus, atau lingkungan sekitar.
Gen Z, yang tumbuh besar dengan internet dan media sosial, membangun koneksi dengan cara yang berbeda.
Mereka bisa menjalin persahabatan erat dengan orang yang belum pernah ditemui secara fisik, hanya lewat chat, game online, atau video call.
Fenomena ini menunjukkan betapa dunia virtual telah mengubah cara generasi muda memandang makna pertemanan.
Baca Juga: Simalakama AI untuk Media Massa
Bagi Gen Z, batas antara dunia nyata dan dunia digital semakin tipis. Media sosial seperti Instagram, TikTok, hingga X (Twitter) menjadi ruang interaksi utama.
Di sana, mereka tidak sekadar berbagi momen, tetapi juga menciptakan identitas diri dan menemukan teman yang memiliki minat sama.
Bahkan, banyak komunitas virtual lahir dari kesamaan hobi, mulai dari musik, film, gaming, hingga aktivisme sosial.
Inilah yang membuat Gen Z lebih mudah menemukan teman sebaya meski berbeda lokasi dan latar belakang.
Namun, pertemanan virtual bukan tanpa tantangan. Di balik kemudahan menjalin koneksi, Gen Z juga menghadapi risiko seperti hubungan superfisial, pertemanan toksik, hingga isu kepercayaan.
Baca Juga: DPR Dukung Penuh Perbaikan Coretax, Misbakhun Tekankan Transparansi dan Kemudahan
Banyak studi menunjukkan bahwa komunikasi berbasis layar bisa membuat rasa kedekatan kurang mendalam dibanding interaksi tatap muka.
Akibatnya, sebagian Gen Z merasakan paradoks, yaitu punya banyak teman online, tetapi tetap merasa kesepian di dunia nyata.
Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa persahabatan virtual juga memberi banyak manfaat.
Artikel Terkait
Bukan Malas, Inilah Alasan Gen Z Pilih Quiet Quitting
Mengungkap Cara Gen Z Mengelola Identitas Diri di Dunia Maya
Gen Z Ubah Cara Pandang Pendidikan, Gelar Tidak Lagi Kunci Utama
Cara Cerdas Gen Z Menyiapkan Dana Darurat agar Keuangan Tetap Aman
Gaya Rambut Kekinian Favorit Gen Z, Bikin Penampilan Makin Stylish