Pihak berwenang juga memperingatkan ancaman terhadap sektor pertanian, terutama di Dataran Tinggi Tengah, wilayah utama penghasil kopi di negara itu, yang kini terancam banjir dan erosi tanah.
Sementara itu di Filipina, dampak Kalmaegi jauh lebih tragis. Sedikitnya 188 orang meninggal dunia, 135 orang masih hilang, dan 96 orang terluka akibat banjir bandang serta tanah longsor yang dipicu oleh badai tersebut.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. dijadwalkan mengunjungi daerah-daerah terdampak untuk meninjau langsung kondisi warga dan mengoordinasikan upaya pemulihan.
Kedua negara ini, yang sama-sama berada di jalur sabuk topan Pasifik, memang dikenal sangat rentan terhadap bencana badai tropis.
Tahun ini saja, Kalmaegi tercatat sebagai topan ke-13 yang terbentuk di Laut Cina Selatan, dan para ahli memperingatkan bahwa intensitas badai di kawasan tersebut kian meningkat akibat perubahan iklim.
Baca Juga: Pentingnya Me Time bagi Orang Tua Gen Z agar Terhindar dari Burnout
Di tengah upaya pemulihan dari Kalmaegi, Filipina kini juga bersiap menghadapi ancaman baru.
Badan meteorologi setempat memperkirakan Topan Fung-wong akan meningkat menjadi super topan sebelum menghantam wilayah utara Filipina pada Minggu malam atau Senin depan dini hari.
Otoritas penerbangan telah menetapkan status siaga tinggi di seluruh bandara dan pusat pengendali lalu lintas udara.***(LL)
Artikel Terkait
Ratusan Pria Diduga Dieksekusi Setelah Kota Al Fashir Jatuh ke Tangan Pasukan RSF di Sudan
Malam Mencekam di Afghanistan Utara, Gempa 6,3 Magnitudo Renggut Puluhan Nyawa dan Lukai Ratusan Warga
Kelaparan Mengerikan Mengancam Sudan: Darfur dan Kordofan Terjebak dalam Krisis Kemanusiaan
Kekuasaan Berdarah, 48 Nyawa Melayang Setelah Kemenangan Paul Biya di Kamerun
Kemenangan Bersejarah! Zohran Mamdani Jadi Muslim Pertama yang Menjadi Wali Kota New York