Minggu, 21 Desember 2025

Rusia Gencar Tawarkan PLTN ke Indonesia, Arah Kebijakan Energi Kian Dipertanyakan

Photo Author
- Jumat, 19 Desember 2025 | 18:16 WIB
Ilustrasi. Rusia semakin agresif menawarkan kerja sama PLTN ke Indonesia, sementara arah dan kesiapan kebijakan energi nasional masih abu-abu. (Foto: Unsplash)
Ilustrasi. Rusia semakin agresif menawarkan kerja sama PLTN ke Indonesia, sementara arah dan kesiapan kebijakan energi nasional masih abu-abu. (Foto: Unsplash)

ESENSI.TV, RUSIA - Isyarat Rusia untuk terlibat dalam proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia kini semakin gamblang.

Presiden Rusia Vladimir Putin secara terbuka menyodorkan kerja sama teknologi nuklir kepada Presiden Prabowo Subianto saat pertemuan bilateral di Moskow.

Tawaran itu bukan sekadar basa-basi diplomatik, melainkan sinyal kuat ambisi Rusia menancapkan pengaruh di sektor energi strategis Indonesia.

Baca Juga: 5 Barang Wajib Favorit Gen Z yang Selalu Dibawa Saat Traveling

Dalam pertemuan di Kremlin, Putin menyatakan mengetahui rencana Indonesia mengembangkan PLTN dan menegaskan kesiapan negaranya menyediakan tenaga ahli.

Pernyataan tersebut mencerminkan keseriusan Rusia, yang belakangan gencar mempromosikan teknologi nuklirnya ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang selama ini masih gamang menentukan arah kebijakan nuklir sipil.

Langkah Putin bukan berdiri sendiri. Selama dua tahun terakhir, Rusia secara konsisten melancarkan pendekatan berlapis.

Pada Juni 2025, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov lebih dulu menyampaikan kesiapan Rosatom—perusahaan nuklir milik negara Rusia—untuk terlibat dalam pembangunan PLTN di Indonesia.

Dua bulan berselang, Wakil Perdana Menteri Denis Manturov datang ke Jakarta membawa proposal lebih konkret.

Baca Juga: Menikmati Liburan Santai di Kepulauan Kei, Permata Tersembunyi Maluku Tenggara

Manturov menawarkan dua skema sekaligus: reaktor nuklir skala besar dan small modular reactors (SMR). Opsi SMR dipromosikan sebagai solusi yang lebih fleksibel, berbiaya lebih rendah, dan cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia.

Tawaran ini jelas dirancang untuk menyesuaikan diri dengan kondisi geografis dan kebutuhan energi nasional.

Namun, agresivitas lobi Rusia justru menyoroti persoalan mendasar di dalam negeri: ketidakjelasan arah kebijakan pemerintah terkait nuklir.

Hingga kini, wacana PLTN masih sebatas rencana di atas kertas, tanpa peta jalan transparan yang menjelaskan lokasi, skema pendanaan, pengelolaan limbah, hingga mekanisme pengawasan keselamatan.

Halaman:

Editor: Raja H. Napitupulu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X