ESENSI.TV, NEW YORK - Ketegangan konflik Gaza kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyampaikan kritik tajam terhadap cara Israel menjalankan operasi militernya.
Dalam wawancaranya di konferensi Reuters NEXT di New York, Guterres menegaskan bahwa ada hal fundamental yang keliru dalam pelaksanaan perang tersebut, terutama terkait tingginya korban sipil dan masifnya kerusakan di Gaza.
Guterres menilai bahwa tujuan Israel menghancurkan Hamas tidak sejalan dengan hasil yang terlihat di lapangan.
Ia menyoroti bahwa kota-kota di Gaza hancur lebur, namun Hamas masih belum dapat dieliminasi sepenuhnya.
Baca Juga: Kesempatan Bergabung! Rekrutmen Tenaga Ahli Puslatbang PPAPP DKI Jakarta Tahun 2026 Resmi Dibuka
Menurutnya, pola serangan yang mengakibatkan puluhan ribu warga sipil tewas menunjukkan bahwa operasi militer Israel telah mengabaikan aspek kemanusiaan.
Lebih dari 70.000 orang di Gaza tewas dalam konflik yang telah berlangsung selama dua tahun, berdasarkan data Kementerian Kesehatan wilayah tersebut.
Perang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 warga Israel.
Potensi Kejahatan Perang
Ketika ditanya apakah tindakan Israel bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang, Guterres menjawab bahwa ada alasan kuat untuk meyakininya.
Pernyataan ini langsung mendapatkan respons keras dari Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, yang menuduh Guterres terus-menerus menyudutkan Israel dan bahkan belum pernah mengunjungi Israel sejak tragedi 7 Oktober.
Baca Juga: Leeds Beri Kejutkan Besar ke Chelsea! The Blues Makin Menjauhkan dari Puncak Klasemen
Namun demikian, Israel sendiri sebelumnya telah melarang kedatangan Guterres pada tahun lalu.
Gencatan Senjata Rapuh dan Situasi Kemanusiaan Memburuk
Artikel Terkait
Banjir dan Badai Ekstrem Guncang Asia Tenggara, Ribuan Warga Terpaksa Mengungsi
Serangan Tanpa Belas Kasih, Ratusan Penduduk Tewas di Rumah Sakit Terakhir al Fashir Sudan
Terjangan Badai Langka di Selat Malaka, Lebih dari 600 Orang Meninggal, 4 Juta Penduduk Kehilangan Tempat Tinggal
Saat Dunia Terlambat Datang, Para Pengungsi di Sudan Justru Menjadi Penolong Satu Sama Lain
Nasralla Unggul Tipis di Pemilu Honduras yang Kacau dan Sarat Tuduhan Kecuranganbdaei Trump