Kedua, perencanaan pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang lebih hijau. Dokumen perencanaan listrik nasional mengarahkan agar sebagian besar kapasitas baru berasal dari EBT.
Ketiga, pembatasan pembangunan pembangkit batubara baru sebagai sinyal jelas bahwa masa depan energi nasional lebih condong ke sumber rendah karbon.
Keempat, meningkatkan kemitraan dan pembiayaan internasional. Dukungan finansial global dan investasi hijau dapat mempermudah proyek EBT berkapasitas besar.
Kelima, pengembangan transmisi hijau dan jaringan distribusi agar listrik dari pembangkit terbarukan—termasuk di lokasi terpencil—bisa disalurkan dengan efisien.
Baca Juga: Buntut Umroh di Tengah Bencana, Gerindra Resmi Lepas Bupati Aceh Mirwan dari Jabatan Ketua DPC
Strategi ini menunjukkan bahwa upaya transisi EBT dilakukan secara menyeluruh, mulai dari kebijakan, regulasi, hingga infrastruktur.
Fakta Lapangan
Terdapat beberapa contoh EBT yang telah memberikan manfaat kepada masyarakat luas.
• Panas bumi (geothermal): beberapa PLTP mulai beroperasi komersial pada 2025. Contohnya PLTP Lumut Balai, Ijen, Gunung Salak, dengan total kontribusi 105,2 MW.
• Hidro & mini-hidro: termasuk PLTA seperti 492 MW di Merangin, Jambi, serta PLTM kecil di sejumlah daerah, dengan total sekitar 500 MW.
• Surya (PLTS): kapasitas baru mencapai 233,3 MW yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
• Bioenergi/biomassa: PLTBm menambah sekitar 37,8 MW dari berbagai provinsi.
Dengan berbagai jenis pembangkit ini, EBT tak lagi sebatas konsep, melainkan sudah memasuki fase operasi komersial dan berkontribusi pada pasokan listrik nasional.
Harus dipahami bahwa dampak potensial EBT terhadap lingkungan dan masyarakat sangat bermanfaat. Di antaranya, mengurangi emisi karbon dari sektor listrik karena energi hijau menggantikan sebagian pembangkit berbasis fosil.
Berikutnya, menurunkan polusi lokal sehingga berpotensi memberikan manfaat kesehatan bagi masyarakat. Lalu, mendorong pembangunan ekonomi lokal melalui proyek EBT, mulai dari lapangan kerja hingga rantai pasok lokal.
Selanjutnya, meningkatkan akses listrik ke daerah terpencil, mendukung pendidikan, layanan publik, dan ekonomi desa.