Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Indonesia membawa sejumlah dampak negatif yang mempengaruhi masyarakat. Salah satu dampak utama adalah polarisasi yang semakin tajam di kalangan masyarakat. Seperti pada Pilpres 2019, masyarakat terpecah menjadi dua kubu yang berseberangan, menciptakan ketegangan dan konflik sosial yang mendalam. Julukan seperti “Cebong” dan “Kampret” kembali muncul, mencerminkan perbedaan ideologi dan pandangan politik yang semakin tajam.
Baca Juga: Biden Mengundurkan Diri dari Pilpres Amerika Serikat 2024
Polarisasi ini tidak hanya terbatas pada perdebatan di media sosial, tetapi juga merambah ke kehidupan sehari-hari, mempengaruhi hubungan antarindividu dan komunitas. Ketegangan ini sering kali menimbulkan permusuhan dan mengurangi kohesi sosial, yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas sosial di berbagai wilayah.
Baca Juga: Gugatan Pilpres Ditolak MK Seluruhnya, Ini Kata Netizen
Selain itu, keterlibatan politik oleh tokoh-tokoh berpengaruh, seperti yang ditunjukkan oleh pernyataan Presiden Jokowi tentang "cawe-cawe" dalam Pilpres 2024, memicu kekhawatiran tentang netralitas dan integritas proses pemilu. Tindakan ini dianggap oleh beberapa pihak sebagai intervensi yang dapat merusak kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi dan menghasilkan ketidakpuasan serta ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
Baca Juga: Ini Alasan Dukungan Untuk Biden Menurun di Pilpres Amerika 2024
Isu lain yang muncul adalah kesehatan mental masyarakat. Polarisasi politik yang ekstrem dan kampanye negatif yang sering kali dilakukan di media sosial dapat menyebabkan stres dan kecemasan di kalangan masyarakat. Beberapa kalangan psikolog dan psikiater telah memperingatkan tentang risiko kesehatan mental yang meningkat akibat ketegangan politik ini. Mereka menyoroti bahwa lingkungan politik yang penuh dengan permusuhan dan ketegangan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis masyarakat.
Secara keseluruhan, Pilpres 2024 membawa dampak negatif yang signifikan terhadap masyarakat Indonesia, terutama dalam bentuk polarisasi sosial, intervensi politik, dan peningkatan risiko kesehatan mental. Masyarakat dan pemimpin politik perlu bekerja sama untuk mengatasi dampak-dampak ini demi menjaga stabilitas dan kohesi sosial di Indonesia.
Artikel Terkait
Sidang Perselisihan Hasil Pemilu, Ganjar-Mahfud Duga Ada Abuse of Power di Pilpres 2024
Sidang Sengketa Pilpres 2024 Berakhir, Siapa yang Menang? Tunggu 22 April 2024
MK Semua Tolak Gugatan Pilpres 2024, Prabowo - Gibran Melenggang ke Pelantikan Presiden - Wakil Presiden
Gugatan Pilpres Ditolak MK Seluruhnya, Ini Kata Netizen
Mendagri Tito Setuju Desain Ulang Sistem Pemilu, Opsi Pilpres dan Pileg Dipisah
Biden Mengundurkan Diri dari Pilpres Amerika Serikat 2024