ESENSI.TV, TOKYO - Untuk pertama kalinya dalam sejarah Jepang, seorang perempuan memimpin pemerintahan negara tersebut.
Sanae Takaichi, politisi konservatif yang dikenal berprinsip keras, resmi dilantik sebagai Perdana Menteri Jepang setelah melalui proses politik yang dinamis.
Dikenal sebagai pengagum mendiang Margaret Thatcher, Takaichi membawa warna baru dalam lanskap politik Jepang yang selama ini didominasi oleh pria.
Takaichi, 64 tahun, memenangkan persaingan ketat dalam internal Partai Demokrat Liberal (LDP) pada 5 Oktober, mengalahkan kandidat-kandidat pria.
Kemenangannya menjadi semakin bersejarah karena terjadi setelah partai koalisi moderat menarik diri dari aliansi politik selama 26 tahun.
Kondisi ini memaksanya untuk segera membangun dukungan baru demi mempertahankan stabilitas pemerintahannya.
Sebagai mantan Menteri Keamanan Ekonomi dan Menteri Dalam Negeri, Takaichi dikenal sebagai pendukung setia kebijakan ekonomi Abenomics yang digagas mantan Perdana Menteri Shinzo Abe.
Ia mendorong peningkatan belanja pemerintah dan pemotongan pajak, serta menekankan pentingnya kontrol pemerintah terhadap Bank Sentral Jepang.
Pendekatan ini memicu kekhawatiran investor, mengingat Jepang merupakan salah satu negara dengan utang publik terbesar di dunia.
Baca Juga: RSUD Johar Baru Buka Lowongan! Butuh Dokter dan Perawat, Cek Syarat Lengkapnya di Sini
Berbeda dengan sosok Thatcher yang dikenal disiplin dalam pengelolaan anggaran, Takaichi justru memilih pendekatan fiskal longgar.
Namun, seperti idolanya, ia berasal dari latar belakang sederhana, ibunya adalah polisi, dan ayahnya bekerja di perusahaan mobil, hal yang jarang terjadi di antara para pemimpin politik Jepang yang umumnya berasal dari keluarga elit.
Selain isu ekonomi, Takaichi juga terkenal karena pandangan nasionalismenya. Ia secara rutin mengunjungi kuil Yasukuni, situs kontroversial yang menghormati tentara Jepang yang gugur, termasuk beberapa penjahat perang.