Kunjungan ini sering memicu ketegangan dengan negara tetangga seperti China dan Korea Selatan.
Ia juga terbuka dalam mendukung perubahan konstitusi pasifis Jepang serta menyuarakan kemungkinan aliansi keamanan dengan Taiwan, sebuah langkah yang diperkirakan dapat memicu reaksi keras dari China.
Walaupun begitu, Takaichi menunjukkan sisi yang lebih lembut dalam pendekatannya terhadap rakyat.
Ia dikenal dekat dengan kampung halamannya di Nara dan kerap menggunakan cerita-cerita lokal, seperti wisatawan yang menendang rusa, ikon kota tersebut, sebagai bagian dari pidato kampanye.
Penata rambut lamanya bahkan mengatakan bahwa gaya rambut khas Sanae mencerminkan sifatnya yang mendengarkan dan peduli pada orang lain.
Meskipun telah berjanji akan menambah jumlah menteri perempuan di kabinet, posisi konservatifnya, termasuk penolakan terhadap pernikahan sesama jenis dan sistem nama keluarga terpisah bagi pasangan menikah, membuatnya lebih populer di kalangan pria daripada perempuan, menurut beberapa survei opini publik.
Baca Juga: Badai Merah di Emirates, Arsenal Gulung Atletico Madrid Empat Gol Tanpa Balas
Lulusan Universitas Kobe dengan gelar di bidang manajemen bisnis, Takaichi juga pernah menjadi fellow di Kongres AS sebelum memulai karier politiknya di Jepang pada tahun 1993.
Ia mulai sebagai anggota independen sebelum bergabung dengan LDP pada tahun 1996.
Kini, dunia menanti langkah besar apa yang akan diambil oleh Takaichi sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang.***(LL)
Artikel Terkait
Kebakaran Hebat di Pabrik Garmen Bangladesh Tewaskan 16 Orang, Diduga Karena Ledakan Bahan Kimia
Gencatan Senjata Makin Rapuh, Israel dan Hamas Saling Tuduh Langgar Kesepakatan Perdamaian
Dari Jalanan ke Istana, Protes Gen Z Antar Kolonel Randrianirina ke Kursi Presiden Madagaskar
Gencatan Senjata Hanya Di Atas Kertas, Gaza Bergejolak Usai Serangan Udara Israel Tewaskan 26 Orang
Akhiri Dua Dekade Dominasi Kiri, Rodrigo Paz Menang Pemilu Bolivia di Tengah Krisis Ekonomi