“London, seperti New York, adalah kota yang liberal, multikultural, progresif, dan sangat sukses. Kami adalah kebalikan dari segala hal yang diwakili Donald Trump. Tak heran jika Trump membenci London dan New York, karena kedua kota ini memilih harapan, bukan ketakutan," tegas Khan.
Baca Juga: Air Radiator Mobil Mendidih? Ini Penyebab dan Cara Ampuh Mengatasinya
Khan juga melihat adanya paralel antara perjalanannya dan perjalanan Mamdani.
Keduanya harus bekerja di bawah pemerintahan nasional yang tidak selalu berpihak pada mereka, bahkan terkadang bersikap bermusuhan.
Namun, Khan menilai bahwa kondisi semacam itu justru bisa menjadi peluang untuk memperkuat solidaritas warga kota.
“Dalam menghadapi tekanan dari pemimpin nasional yang tidak sejalan, kamu justru bisa mempersatukan kota,” katanya.
Meski demikian, Khan menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara kolaborasi dan prinsip.
Baca Juga: Pola Tidur Anak Berantakan? Ini Cara Orang Tua Gen Z Mengatasinya
“Sebagai wali kota, kamu memang harus bekerja sama dengan pemerintah pusat demi kebaikan kota. Tapi itu bukan berarti tunduk pada mereka. Jangan takut untuk melawan, terutama jika pemimpin nasional itu berperilaku seperti pembuli,” ujarnya.
Sadiq Khan, seorang pengacara yang berfokus pada isu hak asasi manusia dan anggota Partai Buruh Inggris, kini tengah berada di Brasil menjelang pertemuan lingkungan COP30.
Selama menjabat, ia dikenal lebih berhaluan moderat dibandingkan Mamdani, dengan fokus besar pada kebijakan lingkungan, transportasi publik, dan perumahan terjangkau.
Namun, ia juga kerap dikritik karena meningkatnya tingkat kejahatan di London selama masa pemerintahannya.
Baca Juga: Polri Bongkar 36 Titik Tambang Ilegal di Gunung Merapi, Kerugian Capai Rp3 Triliun
Sementara itu, kemenangan Zohran Mamdani di New York dianggap sebagai simbol perubahan politik yang sedang berkembang di Amerika Serikat, generasi baru pemimpin yang berani menantang tatanan lama, berbicara tentang keadilan sosial, dan membawa suara kelompok minoritas ke panggung utama politik dunia.***(LL)
Artikel Terkait
Operasi Narkoba di Rio Berujung Maut, Jalanan Dipenuhi Ratusan Jenazah Warga dan Anggota Geng
Ratusan Pria Diduga Dieksekusi Setelah Kota Al Fashir Jatuh ke Tangan Pasukan RSF di Sudan
Malam Mencekam di Afghanistan Utara, Gempa 6,3 Magnitudo Renggut Puluhan Nyawa dan Lukai Ratusan Warga
Kelaparan Mengerikan Mengancam Sudan: Darfur dan Kordofan Terjebak dalam Krisis Kemanusiaan
Kekuasaan Berdarah, 48 Nyawa Melayang Setelah Kemenangan Paul Biya di Kamerun