ESENSI.TV, ISRAEL - Tekanan politik terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, semakin berat.
Di satu sisi, ia didesak oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk segera mengakhiri perang dua tahun di Gaza.
Namun di sisi lain, langkah tersebut justru memicu kemarahan dari sekutu-sekutu sayap kanan dalam pemerintahannya.
Mereka selalu menolak keras setiap kompromi yang memberi ruang bagi Hamas, bahkan sekadar untuk duduk dalam pembahasan masa depan Gaza.
Ketegangan ini kini menjadi ujian terbesar bagi pemerintahan Netanyahu dan dapat membuka jalan menuju pemilu dini di Israel.
Desakan Trump untuk Akhiri Perang Gaza
Donald Trump kembali mencuri perhatian dunia setelah mengajukan rencana 20 poin untuk mengakhiri perang antara Israel dan Hamas.
Rencana tersebut menekankan demiliterisasi penuh Gaza serta menegaskan bahwa Hamas tidak boleh kembali memegang kekuasaan politik.
Meskipun, masih memberi peluang bagi anggotanya untuk tetap hidup di Gaza asalkan mereka menyerahkan senjata dan meninggalkan kekerasan.
Netanyahu menyambut rencana itu dengan hati-hati, menganggapnya sebagai upaya untuk menegaskan posisi Israel sekaligus membuka jalan bagi stabilitas regional.
Namun, dukungan terhadap Trump ini justru menimbulkan gelombang perlawanan dari kelompok ultranasionalis di pemerintahan koalisinya.
Baca Juga: Ciri-Ciri Suara Knalpot Bermasalah yang Sering Diabaikan dan Bisa Merusak Mesin
Sayap Kanan Israel Meledak Marah
Artikel Terkait
Empat Negara Barat Akui Palestina, Israel Meradang
PM Spanyol Pedro Sanchez Kirim Kapal Perang Kawal Armada Bantuan Gaza dari Ancaman Serangan Israel
UEFA Diprediksi Gelar Voting Darurat, Israel Terancam Diskors dari Kompetisi Eropa
Italia Gelar Aksi Mogok Nasional Usai Kapal Bantuan Gaza Dihadang Militer Israel
Hampir Seluruh Armada Global Sumud Flotilla Dicegat Israel, Ratusan Aktivis Internasional Termasuk Greta Thunberg Ditahan