Senin, 22 Desember 2025

Konflik Kongo Timur Memburuk, Merenggut Nyawa Anak-anak dan Warga Terjebak dalam Ketakutan

Photo Author
- Selasa, 25 Februari 2025 | 09:00 WIB
Anak-anak muda Kongo menunggu di belakang garis polisi untuk menerima bantuan makanan dari relawan Burundi. (Foto: reuters.com)
Anak-anak muda Kongo menunggu di belakang garis polisi untuk menerima bantuan makanan dari relawan Burundi. (Foto: reuters.com)

Pekan lalu, kantor hak asasi manusia PBB melaporkan bahwa pejuang M23 telah mengeksekusi tiga anak di Bukavu, kota terbesar kedua di wilayah itu yang jatuh ke tangan pemberontak awal bulan ini. 

Namun, seorang juru bicara M23 membantah tuduhan tersebut.

Baca Juga: Dugaan Kejanggalan Hukum dalam Kasus Alex Denni, DPR RI Desak Investigasi

Kepala kantor hak asasi manusia PBB di Kinshasa, Patrice Vahard, mengungkapkan bahwa banyak anak-anak menjadi korban di Bukavu. 

Mereka bahkan ditemukan memegang senjata yang ditinggalkan tentara yang melarikan diri.

“Saat ini, sulit menentukan jumlah pasti anak-anak yang terbunuh atau terluka karena pertempuran masih berlangsung. Namun, satu anak saja sudah terlalu banyak. Kita tidak membutuhkan angka untuk menyadari betapa mengerikannya situasi ini,” jelasnya. 

Lonjakan Kasus Pemerkosaan

Serangan M23 di Kongo timur menjadi eskalasi terbesar dalam lebih dari satu dekade. 

Konflik yang sudah berlangsung lama ini berakar pada dampak genosida Rwanda tahun 1994 serta perebutan sumber daya mineral yang kaya di wilayah tersebut.

Baca Juga: Lowongan Kerja Finance Officer di Laboratorium LPPOM MUI Dibuka, Cek Syarat dan Cara Daftarnya

Pemerintah Rwanda membantah tuduhan bahwa mereka mendukung M23 dengan memberikan pasokan senjata dan tentara.

Mereka berdalih bahwa langkah-langkah yang diambil merupakan bentuk pertahanan diri terhadap milisi Hutu, yang menurut mereka bekerja sama dengan militer Kongo.

Namun, konflik yang semakin meluas ini turut meningkatkan kasus kekerasan seksual yang telah lama menjadi momok di Kongo timur. 

Data dari badan anak-anak PBB menunjukkan bahwa dalam seminggu setelah Goma jatuh, sebanyak 572 kasus pemerkosaan tercatat di 42 fasilitas kesehatan di dalam dan sekitar kota tersebut. Dari jumlah tersebut, 170 korban adalah anak-anak.

“Kekerasan seksual dilakukan oleh individu bersenjata dari berbagai kelompok yang terlibat dalam konflik,” ujar Lianne Gutcher, kepala komunikasi badan anak-anak PBB di Kongo.

Halaman:

Editor: Raja H. Napitupulu

Sumber: reuters.com

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X