Baca Juga: Menjelajahi Pulau Gangga: Keindahan Pantai, Terumbu Karang, dan Matahari Terbenam yang Mempesona
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menegaskan bahwa Zelenskiy masih menjabat berdasarkan pemilu yang sah sebelum perang pecah.
Ketika ditanya mengenai asal mula konflik, Dujarric dengan tegas menyebut Rusia sebagai pihak yang pertama kali menginvasi Ukraina.
Sementara itu, Wakil Presiden AS, JD Vance, memperingatkan Zelenskiy agar tidak menggunakan kritik publik terhadap Trump sebagai strategi diplomatik.
"Jika tujuannya adalah mengubah pandangan presiden, mencemarkan namanya di media bukanlah cara yang tepat," kata Vance dalam pernyataan di Gedung Putih.
Baca Juga: Mewujudkan Integrasi Data Nasional: Peran Sentral BPS dan Urgensi Perubahan UU Statistik
Dari pihak Eropa, Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengecam pernyataan Trump dan menyebutnya sebagai sesuatu yang "tidak benar dan berbahaya."
Kritik ini juga datang dari beberapa anggota Partai Republik di Kongres, meskipun mereka berhati-hati agar tidak secara langsung menentang Trump.
Pemimpin Mayoritas Senat AS, John Thune, yang selama ini dikenal mendukung Ukraina, menyatakan bahwa Trump perlu diberikan "ruang" dalam upayanya mencapai kesepakatan damai.
Zelenskiy sendiri membantah klaim Trump bahwa tingkat popularitasnya hanya 4 persen, dan menuding bahwa informasi tersebut berasal dari propaganda Rusia.
Baca Juga: PT Sucofindo Buka Lowongan Kerja 2025, Kesempatan Berkarir di Cabang Kendari
"Kami memiliki bukti bahwa angka-angka ini sedang diperbincangkan antara Amerika dan Rusia. Sayangnya, Presiden Trump tampaknya terpengaruh oleh informasi yang keliru ini," ungkapnya dalam wawancara dengan televisi Ukraina.
Survei terbaru dari Institut Sosiologi Internasional Kyiv menunjukkan bahwa 57 persen warga Ukraina masih mempercayai kepemimpinannya.
Dengan semakin memanasnya perdebatan ini, banyak pihak khawatir bahwa pendekatan Trump terhadap perang Rusia-Ukraina dapat membawa dampak besar terhadap stabilitas global dan hubungan antara AS dengan sekutu-sekutunya di Eropa.***(LL)
Artikel Terkait
Hamas Nyatakan Siap Lanjutkan Gencatan Senjata di Gaza, Upaya Diplomasi Mesir dan Qatar Jadi Penentu
Arab Saudi Pimpin Negara-Negara Arab Susun Rencana Masa Depan Gaza di Tengah Tekanan AS
Serangan Udara Israel Tewaskan Tiga Polisi Palestina di Gaza, Gencatan Senjata Kembali Terancam
Kisah Tarek Safi: Penderitaan di Tahanan Israel hingga Kembali ke Palestina
Serangan Israel di Tepi Barat: Ribuan Warga Palestina Mengungsi, Infrastruktur Hancur