Program ini merencanakan pembangunan pembangkit listrik baru berkapasitas keseluruhan 394 MW, termasuk PLTS, mikrohidro, dan sistem off-grid—sejalan dengan RUPTL PLN 2025–2034.
Dampak Riil Lisdes bagi Rakyat
Pertama, Sektor Kesehatan. Listrik andal tentu saja mendorong layanan klinik naik kelas sebab akses listrik memungkinkan penerangan ruang tindakan, sterilisasi alat, rantai dingin vaksin, hingga alat diagnostik dasar.
Riset WHO/SEforALL dan IEA (2023) menunjukkan tanpa listrik, vaksin mudah rusak dan banyak fasilitas kesehatan tak bisa beroperasi optimal. Seperti solusi PLTS + baterai terbukti memperbaiki ketahanan layanan.
Estimasi manfaat (sketsa konservatif) terlihat saat sebuah Puskesmas yang melayani 10.000 jiwa menekan vaccine spoilage 20% berkat lemari es tenaga surya, biaya pemborosan logistik-imunisasi bisa turun signifikan. Hal ini seperti juga diungkap Steve McCarney (2013).
Kedua, Sektor Pendidikan. Literasi energi membuat jam belajar malam semakin optimal. Termasuk akses TIK/e-learning, dan mutu sekolah (laboratorium, perangkat TIK).
Hal ini seperti catatan Ikhsan (2022) dalam Kajian Bank Pembangunan menunjukkan elektrifikasi meningkatkan partisipasi sekolah dan menggeser belanja rumah tangga ke pendidikan.
Baca Juga: Bencana di Sudan Lenyapkan Satu Desa, Seribu Lebih Korban Jiwa Tertumbun Longsor
Intinya, tambahan 1–2 jam belajar per malam konsisten dikaitkan dengan capaian akademik lebih baik, yaitu human capital bermutu adalah “dividen” jangka panjang Lisdes (daya saing tenaga kerja 10–15 tahun ke depan).
Ketiga, Sektor UMKM. Bukti dari Indonesia menunjukkan gangguan listrik menurunkan produktivitas UMKM. Sebaliknya, akses listrik yang andal mendongkrak output, jam operasi, dan adopsi mesin seperti penetas telur, pendingin hasil tangkap, oven, freezer, mesin pengemas.
Keempat, Sektor Ekonomi Digital. Listrik stabil membuka konektivitas (BTS/internet desa), memungkinkan penjual lokal masuk marketplace dan rantai pasok global seperti jasa digital, kerajinan, dan kuliner beku. Dengan RUPTL baru yang pro-EBT & jaringan, reliabilitas pasokan mendukung pusat layanan digital pedesaan.
Penutup
Lisdes 2025 memadukan PLTS cepat bangun, mikrohidro, dan jaringan distribusi (JTM/JTR) untuk menurunkan biaya sambil mempercepat penyalaan.
Data RUPTL 2025–2034 menggarisbawahi “green super grid” sepanjang 47.758 km transmisi baru agar potensi EBT yang tersebar dapat disalurkan ke pusat beban. Hal ini prasyarat reliabilitas layanan publik dan aktivitas ekonomi desa.
Berdasarkan penjelasan diatas, Kementerian ESDM sedang mengunci manfaat listrik agar benar-benar “berubah jadi pendapatan.” Selain itu, juga menurunkan kerugian layanan kesehatan, menaikkan jam belajar dan kualitas sekolah, memperbesar margin UMKM, dan mengantar desa masuk ekonomi digital.
Intinya, dengan menuntaskan ±10.068 desa non-PLN dan 1,2 juta sambungan rumah tangga pada 2025–2029, Lisdes bukan sekadar mengejar angka 100%, melainkan mengonversi kilowatt-jam menjadi kesejahteraan rumah tangga.
Artikel Terkait
Pencapaian Laba Bersih Terbesar dalam Sejarah, Pendapatan PLN Tembus Rp487 Triliun
PLN Dukung IKN Menuju Forest City, Rampungkan Tiga Infrastruktur Kelistrikan Tegangan Tinggi
PLN Pastikan Pemadaman Listrik Tidak Ganggu PON XXI Aceh-Sumut 2024
Ringankan Beban Masyarakat, PLN Tawarkan Diskon 50 Persen Tarif Listrik, Berikut Ketentuannya
Belum Usai Kasus Pertamina, Kini PLN Diselidiki dalam Dugaan Korupsi