Senin, 22 Desember 2025

Pemanasan Global dan Indonesia: Apa yang Berubah dan Mengapa Kita Harus Waspada?

Photo Author
- Minggu, 14 Desember 2025 | 19:21 WIB
Ilustrasi warga di sungai.
Ilustrasi warga di sungai.

ESENSI.TV, JAKARTA - Mengawali musim hujan, warga di bantaran sungai sebuah kota besar di Indonesia terbangun.

Bukan oleh suara azan atau deru kendaraan, melainkan oleh air yang perlahan masuk ke rumah mereka.

Bukan hujan semalaman yang luar biasa, bukan badai yang diumumkan berhari-hari sebelumnya. Namun air datang dengan cepat, tanpa pola yang familiar. 

Fenomena seperti ini semakin sering terjadi di banyak wilayah Indonesia, dan inilah wajah nyata perubahan iklim.

Baca Juga: Gen Z Wajib Tahu! Begini Cara Menyimpan Ijazah Agar Aman dari Hujan dan Banjir

Apa yang dulu dianggap sebagai “cuaca ekstrem langka” kini berubah menjadi kejadian yang semakin sering dan semakin merusak. Ilmu pengetahuan modern tidak lagi memperdebatkan apakah pemanasan global itu nyata. 

Pertanyaannya kini adalah seberapa cepat ia terjadi, seberapa besar dampaknya, dan seberapa siap kita menghadapinya.

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, berada di garis depan krisis iklim global. 

Perubahan suhu bumi, pola hujan, dan kenaikan muka laut tidak hanya menjadi isu lingkungan, tetapi isu pembangunan, ekonomi, ketahanan energi, dan keselamatan rakyat. Di sinilah kebijakan energi dan mitigasi perubahan iklim menjadi penentu masa depan bangsa.

Baca Juga: Judistira Hermawan Dorong Partisipasi Aparat Wilayah untuk Pantau Pohon Tua di Jakarta

Pemanasan Global Ancaman Riil

Panel antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) adalah otoritas ilmiah tertinggi dunia yang melakukan sintesis terhadap ribuan penelitian peer-reviewed dari seluruh dunia. 

Hasilnya, IPCC menegaskan bahwa suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 1,1°C dibandingkan era pra-industri. Kemudian, dengan laju emisi saat ini, dunia berpeluang melampaui ambang 1,5°C antara tahun 2021 hingga 2040.

Dan setiap kenaikan suhu sekecil 0,1°C meningkatkan risiko cuaca ekstrem secara signifikan.

Kenaikan suhu ini bukan sekadar angka statistik. Kenaikan suhu ini bekerja seperti penguat (amplifier) bagi sistem iklim bumi. Atmosfer yang lebih hangat mampu menahan lebih banyak uap air, sehingga hujan menjadi lebih deras. 

Halaman:

Editor: Raja H. Napitupulu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Banjir dan Hasrat Pembangunan

Kamis, 18 Desember 2025 | 11:03 WIB

Simalakama AI untuk Media Massa

Minggu, 28 September 2025 | 13:00 WIB

Listrik Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat

Rabu, 3 September 2025 | 20:14 WIB

Semua Ada Akhirnya

Rabu, 9 Oktober 2024 | 08:24 WIB

Mpox dan Empat Generasi Vaksin

Selasa, 27 Agustus 2024 | 16:56 WIB

Dampak Negatif Pilpres 2024 terhadap Masyarakat

Selasa, 23 Juli 2024 | 16:37 WIB

WNA Korea yang Kerja di Indonesia Rasis!?

Sabtu, 15 Juni 2024 | 14:00 WIB

Nobel Caltech. 1 Kampus Meraih 47 Nobel

Selasa, 11 Juni 2024 | 14:30 WIB

Belajar Dari Soeharto dan Nadiem Makarim

Rabu, 29 Mei 2024 | 15:05 WIB
X