Penelitian tersebut menganalisis apa yang disebut sebagai “laju penuaan” pada tiga kelompok besar penduduk Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia.
Para ilmuwan memeriksa perubahan jumlah sel darah serta aktivitas fisik harian, seperti langkah kaki, untuk melihat bagaimana tubuh kehilangan kemampuan pulih dari stres seiring bertambahnya usia.
Temuannya menarik, ketika seseorang menjalani hidup dengan minim tekanan (stressor), menjaga stabilitas biologis, dan terbebas dari penyakit mematikan, maka rentang hidup maksimum manusia bisa terdorong hingga 150 tahun.
Meskipun studi tersebut mengusung prediksi yang optimistis, sejumlah pakar tetap berhati-hati.
Heather Whitson, Direktur Pusat Studi Penuaan dan Perkembangan Manusia di Duke University, menilai beberapa parameter penelitian, seperti tekanan darah, step count, dan sel darah, punya variasi alami yang berbeda-beda pada setiap orang.
Baca Juga: Judistira Hermawan Minta Pemprov DKI Tetap Optimistis Hadapi Pemotongan Dana Bagi Hasil
Menurutnya, indikator tersebut mungkin tidak cukup akurat untuk memprediksi batas usia manusia.
Selain itu, Whitson menekankan bahwa umur panjang bukanlah segalanya.
“Kualitas hidup justru menjadi hal yang semakin penting ketika seseorang bertambah tua,” ungkapnya.
Senada dengan itu, ahli genetika terkemuka Nir Barzilai menyatakan bahwa sampai kini, tidak ada satu pun metode yang dapat memprediksi umur maksimal manusia secara tepat.
Ia berpendapat bahwa batas usia manusia saat ini berada di sekitar 115 tahun.
Menurut Barzilai, fokus utama seharusnya bukan mengejar usia setua mungkin, melainkan memperlambat penuaan dan menjaga tubuh tetap sehat agar terhindar dari penyakit terkait usia.
Baca Juga: Menyusuri Keindahan Air Terjun Sipiso Piso, Surga Tersembunyi di Dekat Danau Toba
Jadi, walau penelitian terbaru membuka peluang manusia mencapai usia hingga 150 tahun, kenyataannya hal tersebut masih bergantung pada banyak faktor:
genetika,