Cara Gen Z Melakukan Digital Detox
Tren ini mulai banyak diikuti oleh anak muda di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Mereka mencoba berbagai cara untuk mengurangi ketergantungan pada gawai, misalnya:
Menerapkan “Screen-Free Sunday”, yaitu satu hari penuh tanpa ponsel atau laptop.
Menggunakan aplikasi pengatur waktu layar, seperti Forest atau Digital Wellbeing.
Baca Juga: Sunderland Bikin Kejutan! Tim Promosi Gagalkan Laju Sempurna Arsenal Lewat Gol Penutup Spektakuler
Mengganti waktu bermain ponsel dengan aktivitas yang lebih menenangkan, seperti membaca, berolahraga, atau berkumpul bersama teman tanpa gawai.
Beberapa komunitas bahkan mulai rutin mengadakan kegiatan offline, seperti piknik tanpa ponsel atau sesi meditasi bersama.
Menariknya, gerakan ini juga ramai dibicarakan di media sosial lewat tagar seperti #DigitalDetoxChallenge atau #OfflineIsTheNewLuxury.
Tidak Anti-Teknologi, Hanya Lebih Sadar
Banyak orang salah paham bahwa digital detox berarti menolak teknologi. Padahal, esensinya bukan itu.
Bagi Gen Z, teknologi tetap bagian penting dari kehidupan, mulai dari belajar, bekerja, hingga berkreasi. Namun kini mereka ingin menggunakannya dengan lebih bijak.
Dengan menetapkan batasan, seperti no-phone zone di kamar tidur atau waktu khusus untuk tidak membuka media sosial, mereka belajar memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan kendali atas waktu dan perhatian.
Baca Juga: Judistira Hermawan Sebut Pemotongan Dana Bagi Hasil Tak Hanya Terjadi di DKI Jakarta
Tren digital detox menunjukkan bahwa generasi muda mulai menyadari pentingnya berhenti sejenak.
Dengan mengurangi waktu layar, mereka bisa lebih fokus menikmati hal-hal sederhana, seperti berbicara langsung dengan teman, berjalan sore tanpa earphone, atau sekadar menikmati ketenangan tanpa gangguan notifikasi.