ESENSI.TV, GAYA HIDUP - Di era informasi serba cepat, Gen Z menjadi kelompok yang sangat terpapar berita digital.
Namun, kemudahan akses informasi juga membawa risiko penyebaran hoaks dan berita palsu.
Tantangan ini menuntut Gen Z untuk memiliki kemampuan literasi digital yang tinggi agar tetap kritis dalam menyaring berita.
Gen Z mengonsumsi berita hampir seluruhnya melalui media sosial, seperti TikTok, Instagram, Twitter, dan YouTube.
Baca Juga: Menkeu Purbaya: Ekonomi Indonesia Kian Solid, Optimisme Tumbuh di Tengah Gejolak Global
Sayangnya, platform-platform ini sering menjadi sarang penyebaran informasi tidak akurat. Berdasarkan survei Pew Research Center (2024), sekitar 59% Gen Z mengaku pernah membagikan berita yang ternyata salah, walaupun tidak sengaja.
Fenomena ini diperparah oleh algoritma media sosial yang menampilkan konten berdasarkan preferensi pengguna, sehingga hoaks dapat tersebar dengan cepat dan sulit dikontrol.
Misalnya, isu politik, kesehatan, atau gaya hidup tertentu sering viral meski sumbernya meragukan.
Strategi Gen Z Menyaring Informasi
Meskipun terpapar risiko tinggi, banyak Gen Z yang aktif mengembangkan strategi literasi digital:
1. Verifikasi Sumber – Gen Z cenderung memeriksa kredibilitas situs atau akun media sosial sebelum mempercayai informasi.
2. Cross-Checking – Membandingkan berita dari beberapa sumber terpercaya, termasuk portal berita resmi dan laman pemerintah.
3. Menggunakan Tools Fakta – Memanfaatkan layanan pemeriksa fakta seperti Cek Fakta Kominfo atau TurnBackHoax.id untuk memastikan kebenaran informasi.
Artikel Terkait
Rekomendasi Jus Buah Terbaik untuk Diet ala Gen Z, Enak, Sehat, dan Bikin Tubuh Lebih Ideal
5 Penyanyi Indonesia yang Masih Jadi Favorit Gen Z sampai Sekarang
5 Hal yang Harus Diketahui Gen Z agar Tetap Berada di Pertemanan yang Sehat
Soft Life, Gaya Hidup Santai Gen Z yang Menolak Stres Berlebihan
Beda dari Milenial, Begini Cara Gen Z Mencari Arti Bahagia