Dampak Positif dan Negatif Kafein Terhadap Kesehatan Tubuh yang Jarang Diketahui

ESENSI.TV, GAYA HIDUP - Kafein dan kesehatan selalu menjadi topik yang menarik diperbincangkan. Zat stimulan alami ini bukan hanya ada di kopi dan teh, tetapi juga dalam cokelat, minuman energi, hingga suplemen.

Karena banyak dikonsumsi sehari-hari, kafein memiliki peran besar terhadap kondisi tubuh yang seringkali belum banyak disadari.

Dalam kadar yang moderat, kafein terbukti memberi banyak manfaat. Zat ini dapat meningkatkan kewaspadaan, membantu seseorang lebih fokus, sekaligus mengurangi rasa lelah.

Mekanismenya sederhana, yaitu dengan memblokir adenosin, senyawa di otak yang memicu rasa kantuk.

Tidak heran bila banyak pekerja dan pelajar menjadikan kopi sebagai andalan untuk tetap produktif sepanjang hari.

Baca Juga: Cara Unik Gen Z Melupakan Masa Lalu dan Bangkit Menjadi Generasi yang Lebih Tangguh

Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi kafein bisa membantu menurunkan risiko beberapa penyakit. Misalnya Parkinson, diabetes tipe 2, hingga beberapa jenis kanker tertentu.

Manfaat tersebut diduga berhubungan dengan kandungan antioksidan yang terdapat dalam kopi maupun teh, sehingga wajar bila minuman berkafein sering dikaitkan dengan gaya hidup sehat.

Namun, tidak semua efek kafein bersifat positif. Jika dikonsumsi berlebihan, kafein justru dapat menimbulkan masalah seperti kecemasan, sulit tidur, peningkatan detak jantung, bahkan ketergantungan.

Seseorang bisa merasa gelisah atau kurang fokus hanya karena tidak mendapat asupan kafein seperti biasanya.

Baca Juga: STNK Hilang? Begini Panduan Praktis Urus Duplikat STNK di Samsat Seluruh Indonesia Tanpa Ribet

Pakar kesehatan menyarankan batas aman konsumsi kafein bagi orang dewasa adalah sekitar 400 miligram per hari. Jumlah tersebut setara dengan empat cangkir kopi biasa.

Meski begitu, setiap orang memiliki sensitivitas berbeda, sehingga ada yang sudah mengalami efek samping hanya dengan satu cangkir.

Wanita hamil perlu lebih berhati-hati, karena kafein dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan risiko keguguran, berat badan lahir rendah, hingga kelahiran prematur.