Panduan Skala Pedas, Bedakan Cabai Aman hingga yang Bikin Lidah Terbakar

ESENSI.TV, GAYA HIDUP - Bagi sebagian orang, makan tanpa rasa pedas terasa kurang lengkap. 

Dari sambal rumahan hingga hidangan khas daerah, sensasi cabai selalu menjadi bintang utama yang menggugah selera. 

Namun, tahukah Anda bahwa tidak semua cabai memiliki tingkat kepedasan yang sama? 

Ada yang hanya memberikan sedikit sensasi hangat di lidah, ada pula yang mampu membuat mata berair dan keringat bercucuran. 

Untuk mengetahui seberapa "garang" suatu cabai, dunia kuliner memiliki alat ukur khusus yang disebut Skala Scoville.

Baca Juga: 5 Alasan Gen Z Lebih Suka Thrifting daripada Belanja Baju Baru

Skala Scoville pertama kali diperkenalkan oleh Wilbur Scoville pada tahun 1912 sebagai metode untuk mengukur tingkat panas cabai. 

Awalnya, penentuan tingkat pedas dilakukan dengan cara meminta panelis mencicipi larutan cabai yang terus-menerus diencerkan hingga rasa panasnya menghilang. 

Semakin banyak pengenceran yang dibutuhkan, semakin tinggi nilai Scoville Heat Unit (SHU) cabai tersebut.

Seiring perkembangan teknologi, pengukuran tidak lagi sepenuhnya mengandalkan lidah manusia.

Kini, para peneliti menggunakan high-performance liquid chromatography (HPLC), sebuah alat yang dapat menghitung secara presisi kadar capsaicin, senyawa aktif yang menjadi sumber rasa pedas. Metode ini membuat penilaian lebih objektif dan akurat.

Baca Juga: Tips Ampuh Membersihkan Setir Mobil agar Tetap Nyaman dan Higienis

Berkat skala ini, kita bisa dengan mudah membedakan cabai yang aman untuk dinikmati sehari-hari dari yang bisa membuat “mulut terbakar”. 

Misalnya, paprika yang memiliki 0–100 SHU nyaris tidak memberikan sensasi pedas, sedangkan Carolina Reaper dengan 1,4–2,2 juta SHU masuk kategori super pedas yang hanya cocok bagi mereka yang benar-benar tahan panas.