4. Sertakan Testimoni atau Studi Kasus Singkat
Klien masa kini lebih percaya bukti daripada janji, maka testimoni dari klien sebelumnya sangat berguna.
Jika belum ada testimoni, bisa diganti dengan studi kasus kecil atau review proyek pribadi.
Ceritakan proses dari awal hingga akhir, termasuk hambatan dan bagaimana solusi diterapkan secara kreatif.
Studi kasus ini juga menunjukkan bahwa freelancer bukan hanya eksekutor, tapi juga pemikir solusi.
Format bisa berupa teks singkat dengan visual pendukung agar tetap menarik dan mudah dibaca.
Baca Juga: 6 Langkah Jitu Bikin Event Komunitas Gen Z Makin Sukses dan Berkesan
5. Update Secara Berkala dan Gunakan Link yang Bisa Dibagikan
Portofolio online harus terus diperbarui sesuai perkembangan skill dan proyek terbaru.
Setiap kali menyelesaikan proyek menarik, segera tambahkan agar tampilannya tetap segar.
Pastikan link portofolio bisa dibagikan dengan mudah di media sosial, email, atau bio LinkedIn.
Gunakan link pendek dan profesional, hindari URL yang terlalu panjang atau mengandung angka acak.
Portofolio yang selalu up-to-date memberi kesan bahwa freelancer aktif, dinamis, dan siap menerima tantangan baru.
Baca Juga: Wisata Asri di Pantai Gesing, Surganya Pecinta Ikan Segar dengan Ombak Tenang di Gunung Kidul
Membuat portofolio online menarik bukan sekadar soal desain, tapi juga soal strategi dan storytelling.
Artikel Terkait
5 Tips Memaksimalkan LinkedIn untuk Membangun Karier Gen Z dengan Strategi Jitu
5 Cara Memulai Bisnis Online dari Nol untuk Gen Z agar Cepat Cuan dan Berkembang
Cuan dari Rumah! Ini Dia Ide Usaha di Bawah 5 Juta yang Cocok untuk Gen Z
7 Peluang Usaha Barang Handmade Paling Diminati Gen Z, Modal Kecil Tapi Menguntungkan!
10 Cara Gen Z Biar Makin Bersinar di Dunia Kerja