ESENSI.TV, INTERNASIONAL - Israel terus melancarkan operasi militernya di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat, menyebabkan puluhan ribu warga Palestina terpaksa mengungsi.
Sejak serangan dimulai pada 21 Januari, kamp Jenin menjadi target utama, diikuti oleh kamp-kamp lainnya seperti Tulkarm dan Nur Shams.
Tindakan ini menimbulkan dampak besar bagi penduduk, dengan rumah-rumah yang hancur, jalan-jalan rusak, serta terputusnya akses terhadap kebutuhan dasar seperti listrik dan air.
Baca Juga: Tingkatkan Konsentrasi dan Produktivitas: 10 Tips Fokus untuk Gen Z di Dunia Digital
Serangan Besar-Besaran di Kamp-Kamp Pengungsi
Militer Israel mengerahkan ratusan tentara dan buldoser ke kamp Jenin, meratakan bangunan dan menggali jalan, memaksa hampir seluruh penduduk meninggalkan tempat tinggal mereka.
Mohammed al-Sabbagh, kepala komite layanan kamp Jenin, menyatakan bahwa situasi di kamp semakin memburuk karena penghancuran terus berlangsung.
Selain Jenin, serangan Israel juga meluas ke kamp Tulkarm dan Nur Shams.
Menurut Otoritas Palestina, lebih dari 17.000 orang telah meninggalkan kamp Jenin, sementara sekitar 6.000 orang mengungsi dari Nur Shams dan 10.000 lainnya dari Tulkarm.
Baca Juga: Menjelajahi Keindahan Pantai Pulisan: Gua Laut, Pasir Putih, dan Aktivitas Seru Lainnya
Kepala komite layanan kamp Nur Shams, Nihad al-Shawish, mengungkapkan bahwa sebagian besar penduduk yang tersisa berada dalam kondisi terjebak, sementara akses bantuan sangat terbatas.
Kontroversi Pengusiran UNRWA
Di tengah eskalasi ini, Israel juga mengambil langkah tegas terhadap Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dengan melarang operasionalnya di Yerusalem Timur.
Larangan tersebut mulai berlaku sejak akhir Januari, berdampak besar pada kegiatan UNRWA di Tepi Barat dan Gaza, tempat mereka memberikan bantuan bagi jutaan warga Palestina.