ESENSI.TV, INTERNASIONAL - Ketegangan antara Israel dan Hamas kembali meningkat setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan peringatan tegas kepada kelompok militan Palestina tersebut.
Netanyahu menyatakan bahwa jika Hamas tidak membebaskan sandera paling lambat Sabtu siang, gencatan senjata akan berakhir, dan militer Israel akan melanjutkan serangan hingga Hamas dikalahkan.
Pernyataan ini disampaikan setelah Netanyahu menggelar pertemuan dengan sejumlah menteri kunci, termasuk menteri pertahanan, luar negeri, dan keamanan nasional, yang sepenuhnya mendukung ultimatum tersebut.
Hamas, di sisi lain, menuduh Israel justru merusak gencatan senjata dan menegaskan kembali komitmennya terhadap perjanjian yang telah disepakati.
Baca Juga: Real Madrid Tumbangkan Man City di Etihad, Menang 3-2 Lewat Gol Telat Bellingham
Konflik yang telah berlangsung hampir 16 bulan ini sempat mereda dengan adanya gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari.
Sejak saat itu, Hamas secara bertahap telah membebaskan beberapa sandera.
Namun, pada hari Senin, mereka menyatakan bahwa tidak akan ada pembebasan lanjutan sampai Israel mematuhi kesepakatan gencatan senjata, yang menurut Hamas telah beberapa kali dilanggar oleh pihak Israel.
Netanyahu tidak secara spesifik menyebutkan apakah tuntutannya mencakup pembebasan semua sandera atau hanya tiga orang yang sebelumnya dijadwalkan akan dibebaskan pada Sabtu.
Hingga kini, kantornya belum memberikan klarifikasi terkait hal tersebut. Presiden AS, Donald Trump, yang dikenal sebagai sekutu dekat Israel, juga menegaskan bahwa Hamas harus membebaskan semua sandera sebelum batas waktu yang ditetapkan.
Baca Juga: Ide Jualan Kado Unik yang Disukai Gen Z, Bikin Bisnismu Makin Laris di Momen Spesial!
Sebagai bentuk persiapan, Netanyahu telah menginstruksikan militer untuk meningkatkan kesiapan tempur dan mengerahkan pasukan tambahan ke wilayah selatan Israel, termasuk mobilisasi pasukan cadangan.
Sementara itu, seorang pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menolak ancaman dari Israel dan Trump.
Ia menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan para sandera adalah dengan menghormati perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Artikel Terkait
Konflik Kongo Memanas, Pemberontak M23 Kuasai Kota Tambang Nyabibwe, Kivu Selatan
Gaza Dilanda Badai, Warga Palestina Hadapi Cuaca Ekstrem dan Rencana Pengusiran Israel
Kebijakan Pemangkasan Bantuan Luar Negeri AS di Bawah Trump Ancam Penanggulangan Kelaparan Global
Disambut Haru Keluarga, Buruh Thailand yang Diculik Hamas Akhirnya Pulang
Trump Ultimatum Hamas, Ancam Batalkan Gencatan Senjata Jika Tak Bebaskan Sandera