Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional mengungkapkan bahwa gudang medis mereka di Goma dijarah, yang berarti butuh waktu berbulan-bulan untuk memulihkan kembali pasokan obat dan peralatan medis yang hilang.
Seorang pemuka agama setempat, Uskup Willy Ngumbi, menyatakan keprihatinannya terhadap kehancuran yang terjadi, termasuk kerusakan pada fasilitas bersalin akibat ledakan.
Ia menyerukan agar Rwanda, Kongo, dan Burundi segera mengadakan dialog untuk mencegah konflik ini semakin meluas.
Di ibu kota Kongo, Kinshasa, anggota parlemen di Majelis Nasional menggelar sesi darurat tertutup guna membahas krisis ini, terutama menjelang pertemuan puncak pemimpin negara-negara Afrika timur dan selatan di Tanzania akhir pekan ini.
Sumber diplomatik menyebutkan bahwa Rwanda menentang kehadiran pasukan dari 16 negara anggota Komunitas Pembangunan Afrika Selatan (SADC) yang mendukung Kongo dan baru-baru ini memperpanjang misi mereka di negara tersebut.
Namun, meskipun pertempuran terus berlanjut, Malawi pada Rabu tetap memerintahkan penarikan pasukannya dengan alasan telah diberlakukannya gencatan senjata.
Dengan konflik yang terus memanas, banyak pihak khawatir bahwa perang ini dapat berkembang menjadi ketegangan regional yang lebih luas, terutama dengan keterlibatan berbagai negara di kawasan tersebut.***(LL)
Artikel Terkait
Pesawat American Airlines dan Helikopter Militer Tabrakan di Washington, Seluruh Penumpang Diperkirakan Tewas
Pasca Kecelakaan Udara Maut, AS Batasi Penerbangan Helikopter di Dekat Bandara Reagan, Black Box Helikopter Ditemukan
Serangan Israel di Gaza Lukai Warga Palestina, Hamas Sebut Pelanggaran Gencatan Senjata
Goma Jatuh ke Pemberontak, Kongo Desak Sanksi Internasional terhadap Rwanda
Tragedi Serangan Bersenjata di Sekolah Orebro, Swedia, Sekitar 10 Orang Dinyatakan Tewas