Kelompok bantuan Médecins Sans Frontières (MSF) juga melaporkan bahwa sekitar 500 orang, termasuk warga sipil dan tentara Sudan, mencoba melarikan diri pada 26 Oktober, namun sebagian besar tertangkap atau dibunuh.
Baca Juga: KAI Services Buka Lowongan Besar-Besaran Prama dan Prami Kereta Api 2025, Cek Syaratnya
Menurut MSF, para penyintas mengaku korban dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan identitas etnis, serta sebagian ditahan untuk dimintai tebusan antara 5 hingga 30 juta pound Sudan (sekitar 8.000–50.000 dolar AS).
RSF Bantah, Klaim Hanya Interogasi
Pihak RSF membantah tuduhan tersebut. Seorang komandan tinggi RSF menyebut laporan itu sebagai pemberitaan lebay yang dibuat oleh musuh-musuh mereka untuk menutupi kekalahan militer Sudan.
Ia mengatakan pihaknya telah menahan beberapa orang untuk diinterogasi karena diduga menyamar sebagai warga sipil, namun membantah adanya pembunuhan massal.
Ia menambahkan, beberapa anggota RSF telah ditangkap karena pelanggaran dan pasukannya membantu mengevakuasi warga sipil serta menyerukan organisasi kemanusiaan untuk memberikan bantuan.
Namun, Reuters telah memverifikasi sedikitnya tiga video yang menunjukkan pria berseragam RSF menembak tawanan tak bersenjata, serta belasan video lain yang memperlihatkan tumpukan jenazah setelah penembakan.
Baca Juga: Judistira Hermawan Minta Pemprov DKI Sikapi Pemotongan DBH dengan Bijak
Akar Etnis dan Jejak Genosida Lama
Kemenangan RSF di Al-Fashir menandai babak baru perang saudara Sudan yang telah berlangsung sejak 2023.
Konflik ini juga memperdalam perpecahan etnis lama antara pasukan RSF yang didominasi kelompok Arab dan etnis Zaghawa, yang menjadi tulang punggung pertahanan Al-Fashir.
Pakar genosida Alex de Waal menilai tindakan RSF di Al-Fashir sangat mirip dengan kekejaman yang mereka lakukan di kota Geneina dan dalam konflik Darfur awal 2000-an, ketika kelompok milisi Janjaweed, cikal bakal RSF, dituduh melakukan pembantaian etnis.
Amerika Serikat sebelumnya menuding RSF melakukan genosida di Geneina, dan kasus itu kini sedang diselidiki oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Baca Juga: Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Gelontorkan Rp200 Triliun untuk Stabilkan Pasar dan Ekonomi Nasional
Artikel Terkait
Netanyahu Tantang Dunia, Israel Sendiri yang Putuskan Siapa yang Boleh Amankan Gaza
Ketegangan Politik Melanda Kamerun, Presiden Tertua di Dunia Paul Biya, Kembali Terpilih di Usia 92 Tahun
Israel Gempur Gaza Lagi, Tuduh Hamas Langgar Gencatan Senjata yang Ditetapkan AS
Tewaskan Lebih dari 100 Warga Gaza dalam Serangan Balasan Usai Satu Prajuritnya Tewas, Israel Klaim Dukung Gencatan Senjata
Operasi Narkoba di Rio Berujung Maut, Jalanan Dipenuhi Ratusan Jenazah Warga dan Anggota Geng