ESENSI.TV, PALESTINA - Di tengah krisis kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza, muncul perkembangan mengejutkan, Israel mulai memberikan izin kepada lebih banyak warga Palestina untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Kebijakan ini memberikan harapan bagi sejumlah keluarga yang selama ini terjebak dalam kondisi serba sulit, meskipun kepergian mereka dibayangi kontroversi dan kekhawatiran akan motif politik di balik pelonggaran tersebut.
Salah satu warga yang akhirnya berhasil keluar adalah Ayed Ayoub, seorang insinyur berusia 57 tahun yang telah menempuh pendidikan tinggi di Prancis.
Setelah lebih dari setahun tertahan, Ayoub bersama istri dan keempat anaknya akhirnya dapat meninggalkan Gaza bulan lalu untuk melanjutkan hidup di luar negeri.
Baca Juga: Aksi Premanisme Terulang, Warga Minta ‘Uang Keamanan’ dari Pekerja Tower BTS di Way Kanan
Mereka merupakan bagian dari sekitar 1.000 warga Palestina yang berhasil keluar dari Gaza dalam beberapa bulan terakhir.
Keberangkatan ini terjadi melalui jalur yang melibatkan permintaan langsung dari pemerintah asing kepada otoritas Israel.
Meskipun jumlahnya masih terbatas, pelonggaran kontrol perbatasan oleh Israel menandai perubahan kebijakan yang cukup signifikan.
Reuters melaporkan bahwa langkah ini sejalan dengan keinginan pemerintah Israel untuk mendorong pemukiman kembali warga Gaza di negara lain, tujuan yang didukung oleh beberapa sekutu sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Baca Juga: Gol Telat Hinshelwood Antar Brighton Menang Dramatis atas Liverpool
Gagasan ini bahkan disebut-sebut sejalan dengan visi Presiden AS Donald Trump yang pernah mengusulkan Gaza dikembangkan sebagai tempat wisata bebas penduduk Palestina.
Menteri Dalam Negeri Israel, Moshe Arbel, menyebut pemindahan sementara warga Gaza ini sebagai bagian dari proses pembangunan kembali wilayah tersebut dan mengungkapkan terima kasih kepada Trump atas "inisiatif penting" tersebut.
Namun, pernyataan ini menuai reaksi keras dari komunitas internasional.
Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa gagasan Trump dapat dianggap sebagai bentuk pembersihan etnis, sementara pemerintah Prancis secara tegas menolak pemindahan paksa penduduk Gaza.
Artikel Terkait
Pakistan Janji Patuhi Gencatan Senjata, Tapi Siap Balas Jika India Serang Lagi
Israel Cemas Ditinggal Trump, Netanyahu Pilih Diam di Tengah Perubahan Arah Politik AS
Ditengah Upaya Gencatan Senjata, Gempuran Israel Tanpa Henti Tewaskan Puluhan Warga Gaza
Kunjungan Trump ke Timur Tengah Tak Hasilkan Apapun, Serangan Israel Tewaskan 250 Warga Gaza Dalam 2 Hari
Kanker Prostat Menyebar ke Tulang, Joe Biden Hadapi Ujian Berat di Usia 82 Tahun