Usulan dari pihak Washington terkait pengakuan hukum atas Krimea sebagai bagian dari Rusia menjadi titik krusial yang sulit diterima Ukraina dan sekutu Eropanya.
Selain itu, perdebatan juga terjadi terkait waktu pencabutan sanksi terhadap Rusia, bentuk jaminan keamanan bagi Ukraina, serta skema kompensasi ekonomi yang harus disepakati.
Baca Juga: 5 Tips Produktif Bagi Gen Z yang Sering Terdistraksi Gadget
Hubungan pribadi Trump dan Zelenskiy sendiri tergolong berliku. Dalam pertemuan mereka sebelumnya di Gedung Putih, Trump sempat menuding Zelenskiy bermain-main dengan risiko perang dunia ketiga.
Sejak itu, hubungan keduanya diwarnai saling sindir, meski tetap ada upaya memperbaiki komunikasi demi tercapainya tujuan bersama.
Kini, keduanya sama-sama membutuhkan satu sama lain. Trump butuh dukungan Zelenskiy untuk mewujudkan ambisinya membawa perdamaian cepat, sementara Ukraina berharap tekanan dari Trump bisa memaksa Moskow melunakkan syarat-syarat perdamaiannya.
Dalam upacara di Roma, Zelenskiy tetap konsisten dengan pilihan berbusana militernya, mengenakan kemeja gelap tanpa dasi dan jaket bergaya militer, sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Ukraina yang terus berjuang
Meski jalan menuju damai masih penuh tantangan, pertemuan pribadi di Vatikan ini menandai satu langkah penting yang membuka peluang baru dalam upaya menghentikan konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.*** (LL)
Artikel Terkait
90 Negara Selain China Bertekuk Lutut ke AS, Trump Janji Tunda Tarif Asal Tak Melawan
Perang Dagang Memanas, Xi Jinping Respon Kenaikan Tarif Trump dengan Langkah Balasan Agresif
Beri Sinyal Damai Dagang ke Beijing, Trump Melunak Longgarkan Tarif Elektronik China
Perang Dagang Makin Panas, China Sindir Trump dan Musk Lewat Video AI
Perang Tarif AS dan China Mulai Mendingin, Trump Pertimbangkan Akhiri Kenaikan Tarif Impor