Sejak akhir Januari 2024, kelompok pemberontak M23, yang dipimpin oleh etnis Tutsi, telah berhasil memasuki kota Goma dan memperluas wilayah kekuasaannya di Kongo timur.
Baca Juga: RSU PKU Muhammadiyah Bantul Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya!
Mereka tidak hanya menguasai beberapa kota strategis tetapi juga mendapatkan akses ke sumber daya mineral yang sangat berharga.
Pergerakan mereka yang semakin agresif merupakan bagian dari konflik berkepanjangan yang berakar dari dampak genosida Rwanda 1994, di mana ketegangan etnis yang tersisa terus memicu ketidakstabilan di wilayah ini.
Pemerintah Kongo, para ahli PBB, serta negara-negara Barat telah berulang kali menuduh Rwanda sebagai pendukung utama M23.
Namun, Rwanda membantah tuduhan tersebut. Pemerintah Rwanda beralasan bahwa mereka hanya melindungi diri dari ancaman kelompok bersenjata etnis Hutu yang bercokol di Kongo dan diduga memiliki agenda untuk menyerang Rwanda serta membantai etnis Tutsi yang berada di wilayah tersebut.
Baca Juga: Tanpa Ribet! Begini Cara Mudah Cek dan Bayar Pajak Mobil Secara Online
Sejak awal 2024, konflik yang semakin intens telah menyebabkan 7.000 korban jiwa dan memaksa hampir 500.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Pertempuran sengit juga menghancurkan lebih dari 90 kamp pengungsian, memperburuk kondisi kemanusiaan di Kongo timur.
Meski upaya telah dilakukan melalui sanksi internasional, penyelidikan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), serta perundingan damai yang dipimpin oleh negara-negara Afrika, M23 masih terus menunjukkan kekuatan militernya.
Mereka bahkan telah berhasil merebut dua kota utama di Kongo timur, Goma dan Bukavu, yang semakin mengancam stabilitas kawasan.
Baca Juga: Hipertensi di Usia Muda Meningkat, Kenali Penyebabnya Sebelum Terlambat!
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa konflik ini akan mereda. Warga sipil terus menjadi korban di tengah perebutan kekuasaan dan sumber daya alam yang berlangsung di wilayah tersebut.
Dunia internasional pun menghadapi tantangan besar dalam menekan kelompok pemberontak untuk menghentikan agresinya dan membuka jalan bagi solusi damai yang berkelanjutan.***(LL)
Artikel Terkait
Trump dan Macron Bersahabat, tetapi Berbeda Pendapat soal Konflik Ukraina Rusia
Pertukaran Dramatis: Hamas Kembalikan Jenazah Sandera, Israel Bebaskan Ratusan Tahanan
Sebelum Bertemu Trump di AS, Zelenskiy Temui PM Irlandia untuk Apresiasi Dukungan Eropa
Pertemuan Trump-Zelenskiy Memanas: Konfrontasi Terbuka Soal Perang Ukraina Berakhir Tanpa Kesepakatan
Israel Blokir Bantuan ke Gaza, Negosiasi Gencatan Senjata Kian Buntu