Sebagai gantinya, AS lebih memilih istilah yang lebih netral, seperti "perang Rusia yang menghancurkan di Ukraina" sebagaimana yang digunakan dalam pernyataan sebelumnya oleh menteri luar negeri G7.
Situasi ini berpotensi menjadi tantangan besar bagi Ukraina, yang selama ini sangat bergantung pada bantuan militer dan diplomatik dari AS untuk melawan invasi Rusia.
Dukungan politik dan keuangan yang telah mengalir selama bertahun-tahun bisa terpengaruh oleh dinamika baru ini.
Dalam rancangan resolusi PBB yang diperoleh Reuters, disebutkan bahwa komunitas internasional menyerukan de-eskalasi konflik, penghentian permusuhan secepat mungkin, serta penyelesaian damai yang selaras dengan Piagam PBB dan hukum internasional.
Resolusi ini juga menekankan perlunya implementasi penuh terhadap resolusi-resolusi sebelumnya, terutama terkait dengan tuntutan agar Rusia menarik pasukannya dari seluruh wilayah Ukraina yang diakui secara internasional.
Sementara itu, Rusia terus memperluas kendalinya di wilayah timur Ukraina dan menguasai sekitar 20% dari total wilayah negara tersebut.
Moskow berdalih bahwa operasinya merupakan respons terhadap ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO.
Namun, Ukraina dan negara-negara Barat mengecam tindakan tersebut sebagai bentuk agresi imperialis dan perebutan wilayah secara paksa.
Dengan sikap AS yang mulai menunjukkan pergeseran dalam kebijakan luar negerinya terhadap konflik ini, dunia kini menantikan bagaimana dinamika politik global akan berkembang dalam beberapa bulan mendatang.***(LL)
Artikel Terkait
Arab Saudi Pimpin Negara-Negara Arab Susun Rencana Masa Depan Gaza di Tengah Tekanan AS
Serangan Udara Israel Tewaskan Tiga Polisi Palestina di Gaza, Gencatan Senjata Kembali Terancam
Kisah Tarek Safi: Penderitaan di Tahanan Israel hingga Kembali ke Palestina
Serangan Israel di Tepi Barat: Ribuan Warga Palestina Mengungsi, Infrastruktur Hancur
Ketegangan Meningkat, Trump Kecam Zelenskiy dan Ubah Kebijakan AS terhadap Ukraina