ESENSI.TV, YOGYAKARTA - Yogyakarta malam itu terasa berbeda. Dari halaman Mapolda DIY, ribuan massa aksi masih bertahan, menyuarakan aspirasi dengan penuh emosi. Namun, suasana yang semula tegang perlahan mencair ketika terdengar alunan gending Raja Manggala. Irama gamelan Jawa itu mengalun syahdu, menandai langkah seorang raja yang keluar menemui rakyatnya.
Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, berjalan kaki keluar gedung Polda menemui massa. Ia didampingi para putri dan kerabat kerajaan—GKR Condrokirono, GKR Hayu, serta KPH Yudanegara—bersama Kapolda DIY Irjen Pol Anggoro Sukartono. Seperti saat ia miyos (keluar) untuk menerima tamu agung di keraton, kehadiran Sultan malam itu membawa nuansa wibawa sekaligus keteduhan.
Di hadapan ribuan massa, Raja Keraton Yogyakarta berucap, “Yang Anda lakukan adalah bagian dari tumbuhnya demokrasi di Yogyakarta. Saya menghargai itu, dan saya sepakat. Tapi demokratisasi harus dilakukan dengan baik, untuk mendidik kita semua, termasuk saya,” tuturnya.
Baca Juga: Unik! Pantai Krakal Ternyata Muncul dari Dasar Laut, Kini Jadi Primadona Wisata Yogyakarta
Tampak para demonstran yang sejak siang penuh amarah, meredup luluh, mendengarkan ucapan Sang Raja dengan penuh takzim.
Duka dalam Demokrasi
Sultan tidak hanya hadir untuk meredam situasi, tetapi juga menyampaikan rasa duka. Dengan suara yang berat, ia mengenang Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang meninggal usai dilindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta.
“Saya sangat prihatin dan berduka cita atas meninggalnya Affan. Mengapa selalu ada korban dalam membangun demokrasi? Di Yogya, kita bisa berdialog, karena Yogya adalah tempat menghargai hak warga,” katanya.
yogyakarBaca Juga: Pantai Sadranan, Destinasi Favorit untuk Snorkeling Murah Meriah di Yogyakarta
Kata-kata Ngarso Dalem itu menggema, seakan berpadu dengan gamelan yang terus mengalun. Massa yang semula berdesakan semakin lebih tenang, seolah menghayati pesan seorang pemimpin yang datang bukan dengan kekerasan, melainkan kelembutan.
Seruan untuk Dialog
Di tengah suasana penuh simbol budaya itu, Sultan mengajak semua pihak mengedepankan dialog. Ia bahkan menawarkan diri untuk meneruskan aspirasi massa ke pemerintah pusat, asalkan disampaikan dengan cara yang tertib.
“Kalau tenaga dan pikiran saya dibutuhkan, silakan. Tapi harus ada surat resmi sebagai dasar saya berbicara dengan pemerintah pusat. Kalau menyerahkan surat, cukup dua sampai tiga orang saja,” pesannya.
Artikel Terkait
Penanganan Aksi Demo Kebun Sawit Seruyan oleh Polisi Dinilai Keterlaluan
Gunakan Modus Makanan Bergizi Gratis! Pria di Jawa Timur Ditangkap Polisi Setelah Pakai Data Pribadi 130 Warga untuk Bisnis Ilegal
Viral! Anak Pejabat Propam Pakai Mobil Dinas Diduga Bareng Pacar, Polisi: Beri Tumpangan Gurunya
Diduga Terlibat Penyelundupan Sabu, Kasat Narkoba Nunukan dan Enam Polisi Ditangkap, Netizen: Gak Keget
Brutal! Pemotor Tanpa Plat di Bengkulu Nekat Terobos Razia dan Serang Polisi dengan Sajam
Viral! Polisi Histeris Teriak Minta Tolong Saat Diamankan Propam di Ternate Utara
Kakorlantas Ancam Copot Langsung Polisi yang Ketahuan Pungli, Warganet: Apa Benar?
Polisi Sebut Arya Daru Bunuh Diri, Keluarga Meragukan: Dia Tidak Mungkin Melakukan Itu
Oknum Polisi Gelapkan Mobil dan Ancam Pemilik, Korban Terpaksa Bayar Cicilan hingga Ratusan Juta
Aksi Demo Tolak Kenaikan PBB di Pati Memanas, Donasi Disita Satpol PP dan Posko Dibubarkan
Bupati Pati Klarifikasi Ucapan Kontroversial soal Aksi Demo: Mosok Rakyat Saya Tantang
Palestine Action Dilarang, Ribuan Demonstran Pro Palestina Ditangkap Polisi di Inggris
Remaja di Deli Serdang Dibakar Usai Kepergok Curi Ubi, Pelaku Diduga Oknum Polisi dan ASN