Kondisi ini menimbulkan peradangan pada sendi yang disertai pembengkakan, kekakuan, dan perubahan bentuk sendi.
Rasa nyeri biasanya lebih parah di pagi hari atau setelah tubuh lama tidak digerakkan.
Jika tidak ditangani dengan baik, nyeri akibat penyakit kronis bisa terus memburuk dan mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk berjalan, menulis, atau sekadar menggenggam benda.
3. Gangguan atau Kerusakan Saraf (Neuropati)
Kerusakan saraf dapat terjadi akibat diabetes, infeksi virus, cedera tulang belakang, atau efek samping pengobatan tertentu.
Nyeri yang disebabkan oleh gangguan saraf (neuropatik) biasanya terasa menusuk, terbakar, atau disertai sensasi kesemutan dan mati rasa.
Yang berbahaya, rasa nyeri ini sering tetap ada meskipun sumber masalah utama telah diobati.
Hal ini terjadi karena saraf yang rusak terus mengirimkan sinyal nyeri ke otak, meski tubuh sebenarnya sudah pulih.
4. Infeksi yang Tidak Tuntas Diobati
Beberapa jenis infeksi yang tidak sembuh sempurna juga dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.
Misalnya, infeksi pada tulang (osteomielitis), infeksi sendi (septic arthritis), atau tuberkulosis tulang.
Meski gejala awal seperti demam atau bengkak sudah mereda, peradangan sisa dari infeksi dapat terus memicu rasa sakit.
Dalam kasus tertentu, infeksi yang menetap bahkan dapat merusak jaringan tubuh di sekitarnya dan memperparah nyeri kronis.
5. Perubahan Hormon dan Efek Samping Penggunaan Obat