kecantikan-gaya-hidup

Bukan Malas, Inilah Alasan Gen Z Pilih Quiet Quitting

Senin, 22 September 2025 | 17:00 WIB
Ilustrasi. Gen Z mengubah budaya kerja dengan quiet quitting, menolak eksploitasi dan menekankan work life balance. (Foto: Freepik)

Baca Juga: 10 Makanan Anti Inflamasi yang Mudah Didapat di Indonesia untuk Hidup Lebih Sehat

3. Tidak Mau Dieksploitasi

Generasi ini lebih berani menolak sistem kerja yang dianggap tidak adil. Quiet quitting menjadi simbol bahwa mereka menolak dieksploitasi oleh perusahaan.

4. Prioritas pada Kesehatan Mental

Banyak survei menunjukkan bahwa Gen Z lebih terbuka membicarakan kesehatan mental. Quiet quitting dianggap cara mencegah burnout dan stres berlebihan.

Dampak Quiet Quitting di Dunia Kerja

Fenomena ini memunculkan pro dan kontra. Dari sisi karyawan, quiet quitting memberikan batasan yang jelas sehingga bisa bekerja lebih sehat. 

Namun, dari sudut pandang perusahaan, sikap ini bisa menurunkan produktivitas dan membuat hubungan kerja jadi renggang.

Baca Juga: Mengenal Teknologi Fuel Cell pada Mobil Modern, Solusi Ramah Lingkungan untuk Masa Depan

Beberapa perusahaan akhirnya mencoba beradaptasi dengan memberikan fleksibilitas kerja, sistem hybrid, hingga fokus pada well-being karyawan untuk mengurangi fenomena ini.

Tren atau Gerakan?

Apakah quiet quitting sekadar tren sesaat atau benar-benar gerakan generasi? Banyak ahli menilai bahwa ini bukan sekadar tren, melainkan perubahan budaya kerja. 

Gen Z sedang menunjukkan bahwa bekerja tidak harus selalu identik dengan pengorbanan berlebihan.

Quiet quitting pada akhirnya mengajarkan satu hal penting: setiap orang berhak untuk menjaga keseimbangan hidupnya, dan perusahaan juga perlu menyesuaikan diri dengan ekspektasi generasi baru agar tetap relevan.

Jadi, quiet quitting bisa dianggap sebagai sinyal pergeseran cara pandang kerja di era modern, bukan hanya sebuah tren viral belaka.***(LL)

Halaman:

Tags

Terkini