Di Thailand bagian selatan, kondisi tak kalah parah. Pemerintah Thailand mencatat 170 korban jiwa, dengan Songkhla menjadi provinsi terdampak terburuk, yakni 131 orang meninggal.
Baca Juga: Pulau Widi, Surga Laut Maluku Utara Berjuluk Maldivesnya Indonesia yang Jarang Dikunjungi Wisatawan
Kota Hat Yai, yang menjadi pusat aktivitas di selatan Thailand, mencatat curah hujan 335 mm dalam satu hari, jumlah tertinggi dalam tiga abad terakhir.
Infrastruktur rusak parah, ribuan rumah terendam, dan ratusan warga terluka akibat banjir bandang yang menghanyutkan kendaraan dan meruntuhkan bangunan.
Malaysia: Ribuan Masih Mengungsi, Peringatan Cuaca Mulai Dicabut
Malaysia mencatat jumlah korban tewas paling sedikit, namun dampaknya tetap signifikan. Sekitar 18.700 warga masih berada di pusat evakuasi.
Meskipun peringatan badai dan hujan lebat telah dicabut, banyak wilayah masih dalam tahap pemulihan setelah diterjang angin kencang dan banjir.
Baca Juga: Cara Tepat Merawat Motor yang Pernah Terendam Banjir agar Aman dan Tahan Lama
Malaysia juga mengevakuasi lebih dari 6.200 warganya yang terjebak di Thailand.
Di Sumatra Barat, seorang warga Malaysia juga dilaporkan hilang akibat longsor, memicu peringatan bagi warga negara Malaysia di wilayah itu untuk segera mendaftarkan diri ke konsulat.
Meski hujan mulai mereda di beberapa tempat, situasi keseluruhan masih sangat genting.
Pemerintah dan organisasi kemanusiaan terus bekerja keras mengirimkan logistik, membuka akses, dan mencari para korban hilang.
Bencana ini menjadi pengingat akan dampak ekstrem perubahan iklim di kawasan Asia Tenggara, di mana badai yang dulu jarang terjadi kini berubah menjadi ancaman besar yang mematikan.***(LL)