ESENSI.TV, AMERIKA - Gedung Putih kembali menjadi sorotan dunia setelah Presiden Donald Trump memutuskan untuk merobohkan seluruh Sayap Timur (East Wing) demi membangun ballroom mewah baru.
Keputusan yang diklaim sebagai bagian dari proyek modernisasi ini justru menuai gelombang kritik karena dianggap merusak salah satu bangunan paling bersejarah di Amerika Serikat.
Pekerjaan pembongkaran dimulai pada Senin (20/10) itu menandai berakhirnya fungsi bagian Gedung Putih yang selama ini digunakan oleh Ibu Negara dan staf kepresidenan.
Trump mengonfirmasi proyek tersebut setelah foto-foto proses penghancuran beredar luas di media.
Baca Juga: Judistira Hermawan Dorong Wisata Malam Ragunan Jadi Edukasi Konservasi Satwa
“Untuk membangunnya dengan benar, kami harus menurunkan struktur yang lama,” ujarnya di Oval Office pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Seorang pejabat pemerintahan menyebutkan, pembongkaran total East Wing diperkirakan selesai dalam dua minggu.
Ia menegaskan bahwa bagian tersebut akan dimodernisasi dan direnovasi sepenuhnya guna mendukung proyek ballroom yang diinisiasi Presiden.
Namun langkah ini langsung memicu reaksi keras dari kalangan politisi dan pemerhati sejarah, yang menilai Trump telah melanggar komitmennya untuk tidak mengubah struktur utama Gedung Putih.
Senator Angus King dari Maine menyebut tindakan tersebut sebagai penghinaan terhadap rakyat Amerika dan pengkhianatan terhadap kewajiban melindungi sejarah bangsa.
Baca Juga: Harapan Baru untuk Petani Indonesia, Presiden Prabowo Turunkan Harga Pupuk 20 Persen
Sayap Timur yang kini diratakan sebenarnya merupakan hasil pembangunan tahun 1942 di masa Presiden Franklin D. Roosevelt.
Meskipun setiap presiden pernah melakukan renovasi Gedung Putih, perubahan yang dilakukan Trump disebut sebagai yang paling besar dalam beberapa dekade terakhir.
Pihak Gedung Putih menyatakan bahwa rencana pembangunan ballroom seluas 90.000 kaki persegi akan diajukan ke National Capital Planning Commission (NCPC) untuk ditinjau.