Seorang ayah, dengan air mata yang nyaris habis, berulang kali menyebut nama putrinya, Farzana Akhter.
“Anak saya bekerja di pabrik itu. Begitu mendengar kabar kebakaran, saya langsung ke sini. Tapi sampai sekarang saya belum menemukannya… Saya hanya ingin anak saya kembali,” ucapnya dengan suara bergetar.
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa pabrik tersebut beroperasi tanpa izin resmi dan tidak memiliki rencana keselamatan kebakaran.
Lebih buruk lagi, pintu di lantai atas dikabarkan dikunci dari luar sehingga para pekerja tidak dapat melarikan diri.
Chowdhury mengatakan atap pabrik hanya terbuat dari seng dan tidak memenuhi standar keselamatan.
“Pintu besi yang dikunci membuat pekerja terjebak, dan saat bahan kimia meledak, api serta gas beracun menyebar cepat. Mereka tidak bisa naik atau turun untuk menyelamatkan diri,” ungkapnya.
Para korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan hingga sulit dikenali. Pihak berwenang menyebut sebagian besar akan diidentifikasi melalui tes DNA.
Polisi dan tentara kini tengah berusaha mencari para pemilik pabrik yang dilaporkan menghilang setelah kejadian.
Baca Juga: Jepang Catat Sejarah! Samurai Biru Tumbangkan Brasil Lewat Comeback Spektakuler di Tokyo
Kepala pemerintahan sementara Bangladesh, Muhammad Yunus, menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban.
Ia juga meminta dilakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengungkap penyebab kebakaran dan memastikan bantuan diberikan kepada para korban dan keluarganya.
Kebakaran ini menambah daftar panjang tragedi industri di Bangladesh. Negara tersebut dikenal sebagai salah satu eksportir pakaian terbesar di dunia, namun juga sering dilanda insiden mematikan akibat lemahnya pengawasan dan rendahnya standar keselamatan kerja.
Pada 2012, kebakaran di pabrik Tazreen Fashions menewaskan 112 pekerja, sementara setahun kemudian, runtuhnya gedung Rana Plaza menelan korban hingga 1.135 orang.***(LL)