Namun, klaim tersebut dibantah oleh Pelapor Khusus PBB Irene Khan bulan lalu, yang menilai tuduhan tersebut tidak memiliki dasar.
Baca Juga: KPK Bongkar Skandal Korupsi PMT, Biskuit Balita Hilang Nutrisi, Diganti Gula dan Tepung Murah
Rencana serangan baru Israel mendapat kritik tajam dari sejumlah negara Eropa di PBB, seperti Denmark, Prancis, Yunani, Slovenia, dan Inggris.
Dalam pernyataan bersama, mereka menegaskan bahwa perluasan operasi militer hanya akan meningkatkan penderitaan warga sipil, termasuk para sandera, serta memperburuk kelaparan yang sudah terjadi.
“Ini adalah krisis yang disebabkan manusia, dan diperlukan tindakan segera untuk menghentikan kelaparan serta meningkatkan bantuan,” tulis pernyataan itu.
Situasi di Gaza memang sudah sangat kritis. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 217 orang meninggal akibat kelaparan, termasuk 100 anak-anak.
Baca Juga: Gunung Gede, Surga Pendaki Pemula dengan Pesona Edelweiss dan Air Terjun Cibeureum yang Memukau
Malnutrisi merajalela akibat terbatasnya bantuan masuk, yang menurut lembaga kemanusiaan internasional disengaja oleh Israel untuk menekan Hamas.
Israel membantah tuduhan tersebut dan justru menuding Hamas sebagai pihak yang menghalangi distribusi bantuan.
Bahkan, pengiriman bantuan lewat udara pun menelan korban. Dalam insiden terbaru, seorang bocah laki-laki 14 tahun tewas tertimpa kotak bantuan berparasut di kamp pengungsian Gaza tengah.
Video yang diverifikasi Reuters menunjukkan korban sedang menunggu makanan bersama warga lain sebelum insiden tragis itu terjadi.
Baca Juga: Diduga Akibat Suara Sound Horeg, Pasien THT di Lumajang Meningkat 25 Persen
Meski Netanyahu berulang kali menegaskan bahwa Israel tidak ingin menetap di Gaza, banyak pihak menilai rencana pendudukan sementara atas Kota Gaza adalah langkah berisiko tinggi yang dapat memicu konflik berkepanjangan dan penderitaan lebih parah bagi rakyat Palestina.***(LL)