ESENSI.TV, PALESTINA - Upaya pengiriman bantuan simbolis ke Gaza kembali menjadi sorotan dunia setelah kapal Madleen, yang membawa aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg, dihentikan oleh pasukan angkatan laut Israel.
Kapal yang berlayar di perairan internasional itu menjadi target penyitaan saat mencoba menerobos blokade laut yang diberlakukan Israel atas Jalur Gaza.
Peristiwa ini menambah panjang daftar ketegangan antara aktivis kemanusiaan dan otoritas Israel yang terus memperketat pengawasan terhadap akses masuk ke wilayah konflik tersebut.
Baca Juga: Perkuat Sayap Kiri untuk Musim Depan, Manchester City Datangkan Ait Nouri dari Wolves
Kapal Madleen berbendera Inggris dioperasikan oleh Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coalition/FFC), sebuah organisasi pro-Palestina yang berusaha menarik perhatian dunia terhadap krisis kemanusiaan di Gaza.
Kapal ini bertolak dengan membawa sejumlah kecil bantuan seperti beras dan susu formula bayi, serta beberapa tokoh penting termasuk Greta Thunberg dan anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Rima Hassan.
Dalam sebuah video yang direkam sebelum penyitaan, Thunberg menyampaikan bahwa dirinya dan penumpang lain telah dicegat oleh pasukan Israel di wilayah perairan internasional.
Ia meminta dukungan publik, khususnya kepada masyarakat Swedia, untuk menekan pemerintah agar memperjuangkan pembebasannya.
Baca Juga: 10 Cara Gen Z Biar Makin Bersinar di Dunia Kerja
Aktivis berusia 22 tahun itu juga menyebut tindakan Israel sebagai penculikan, sebuah klaim yang kemudian dibantah oleh Presiden AS, Donald Trump.
Trump menyatakan bahwa Israel tidak mungkin menculik Thunberg, bahkan menyindir bahwa Thunberg perlu mengikuti kelas manajemen emosi.
"Dia orang muda yang pemarah. Saya pikir dia harus mengikuti kelas manajemen amarah," kata Trump kepada wartawan.
Pihak militer Israel kemudian mengkonfirmasi bahwa mereka telah mengambil alih kapal dan membawanya ke Pelabuhan Ashdod.
Baca Juga: Jangan Panik! Kenali Penyebab Mimisan Mendadak pada Remaja dan Solusi Tepatnya