ESENSI.TV, JEPANG - Jika di Indonesia terjadi kasus anak menelantarkan orangtuanya hingga meninggal dunia secara mengenaskan, ternyata di Jepang juga terjadi hal senada. Namun kasus penelantaran terjadi pada jasad orangtua yang selama hidupnya terus mencukupi kebutuhan anaknya yang telah berusia 50-60 tahun.
Dikutip dari akun X @TMIHARINI, dikisahkan kasus penelantaran jasad orang tua oleh anak berusia 50 - 60 tahun semakin meningkat di Jepang. Kisah itu telah ditonton lebih dari 1,4 juta kali. Kisah itu bersumber dari mainichi.jp.
Akun itu menulis, "Mayoritas pelaku berusia 60an tahun yang menjalani hikikomori — mengasingkan diri di rumah dan tidak ingin pergi keluar selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Adapun banyak dari orang tua pelaku sudah berusia 80an tahun dan masih menanggung kebutuhan hidup anak yang hikikomori," tulisnya.
Baca Juga: Indonesia Pamerkan Produk Berdesain Batik dan Ramah Lingkungan ke Jepang
Meningkat Tajam
Ia menjelaskan, dari tahun ke tahun, jumlah warga Jepang yang hikikomori semakin banyak, bahkan mencapai lebih dari 800 ribu orang pada tahun 2023. Berdasarkan survei yang diadakan Kabinet Jepang, dari sekitar 840.000 orang yang hikikomori, setidaknya 36% diantaranya sudah berusia lebih dari 60 tahun.
"Dengan tingginya angka hikikomori di kalangan warga berusia 50 - 60an tahun, istilah "80-50" pun semakin dikenal. Istilah "80-50" sendiri mengacu pada orang tua berumur 80 tahun yang menanggung kebutuhan anak yang berusia 50 tahun dan menjalani hikikomori. Namun, populasi Jepang yang kian menua membuat istilah ini bergeser pada "90-60" pada beberapa kasus," tulis dia.
Ia menambahkan, "Semakin banyak kasus "80-50" kemudian berimbas pada peningkatan kasus penelantaran jasad orang tua oleh anak yang menjalani hikikomori. Dilansir Mainichi Shimbun, ada sekitar 20 orang yang ditangkap karena penelantaran jasad orang tua pada tahun 2023.
Sebagian besar yang ditangkap berusia 40 - 60 tahun dan tidak bekerja."
Baca Juga: Kamu Bekerja? Siap-Siap Gajimu Dipotong Setiap Tanggal 10 Untuk Simpanan Tapera
Tak Sanggup Bayar
"Saya tidak sanggup membayar prosesi pemakaman"
"Saya tidak tahu harus melakukan apa (dengan jasad itu)"
"Kalimat di atas diucapkan oleh sejumlah warga yang ditangkap karena menelantarkan jasad orang tua. Kendati banyak kasus yang tidak ditindaklanjuti, ada beberapa kasus yang lanjut hingga penahanan karena sang anak diduga memanfaatkan uang pensiun ayahnya. Tingginya kasus serupa membuat Dinas Sosial setempat didorong untuk gencar melakukan pencegahan hikikomori agar angka hikikomori dan penelantaran orang tua tidak semakin meningkat," tulis dia lagi.
Penyakit Mental
Meresponi kisah itu, akun X @iyoonah60 mengatakan, "Penyebab sakit mental, di Indonesia orangnya gemar menyemangati orang meskipun diri sendiri masih kesulitan. Tapi kita mentalnya lebih baja daripada Jepang. Syukur hidup di Indonesia dimana masyarakat kepo tapi tetap peduli gak kayak di Jepang kurang bersosialisasi," kata dia.
Baca Juga: Diperingati Setiap 2 Maret, Ini Sejarah Hari Kesehatan Mental Remaja Sedunia
Artikel Terkait
Orangtua Wajib Tahu! Perundungan dapat Membentuk Karakter Negatif pada Anak
Orangtua Diminta Antarkan Balitanya Ikuti Imunisasi Polio
Olahraga Cara Efektif untuk Mengelola Kesehatan Mental
Manfaat Olahraga untuk Kesehatan Mental
Siapa Suruh Jadi Pengawas TPS? Harus Paham Aturan Pemilu dan Kuat Mental
Kena Mental, Guru di Jepang Banyak yang Cuti
Diperingati Setiap 2 Maret, Ini Sejarah Hari Kesehatan Mental Remaja Sedunia