ESENSI.TV, WASHINGTON D.C - Presiden Donald Trump membuat gebrakan kontroversial dengan memecat Kepala Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) Amerika Serikat, Erika McEntarfer, hanya beberapa jam setelah lembaga tersebut merilis laporan revisi yang menunjukkan perlambatan signifikan pertumbuhan lapangan kerja dalam tiga bulan terakhir.
Keputusan ini sontak memicu kegaduhan di kalangan ekonom, pelaku pasar, dan pembuat kebijakan, yang mempertanyakan motif di balik langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.
“Angka ini jelas-jelas salah. Ini manipulasi politik untuk menjatuhkan pemerintahan saya,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Sabtu (02/08/2025) dilansir CNN. Menurut dia, laporan itu sebagai upaya menjatuhkan pemerintahannya.
Baca Juga: Momen Bersejarah di Vatikan! Donald Trump dan Zelenskiy Bahas Peluang Damai Ukraina Tanpa Pendamping
Pernyataan itu menjadi pukulan keras bagi BLS, lembaga yang selama ini dianggap sebagai standar emas data ekonomi oleh pemerintah, investor, dan dunia internasional.
BLS: Dari Lembaga Independen ke Target Politik
Biro Statistik Tenaga Kerja selama ini memiliki reputasi tak tertandingi dalam mengumpulkan dan menyajikan data tenaga kerja yang akurat. Metode penghitungan mereka melibatkan ribuan survei, proses verifikasi berlapis, serta revisi berkala yang lazim dilakukan saat data tambahan masuk.
Para pakar menegaskan bahwa revisi laporan pekerjaan untuk bulan Mei dan Juni, yang menunjukkan perlambatan ekonomi, adalah bagian dari prosedur standar — bukan bentuk manipulasi.
Namun, Trump tampaknya melihat laporan ini sebagai ancaman politik. Sebelum revisi, Gedung Putih sempat memuji laporan pekerjaan sebagai bukti kekuatan ekonomi. Tetapi setelah data direvisi ke bawah, narasi berubah total.
Baca Juga: Presiden Prabowo Temui Joe Biden di Gedung Putih, Bahas Peningkatan Kerja Sama Indonesia-AS
Pemecatan Kepala BLS dinilai sebagai upaya Trump untuk mengendalikan lembaga-lembaga pemerintah agar selaras dengan kepentingan politiknya.
Ekonomi Melambat: Fakta atau Manipulasi?
Para ekonom menegaskan bahwa data revisi mencerminkan perlambatan ekonomi nyata, bukan hasil permainan angka. Beberapa penyebab yang diidentifikasi antara lain kenaikan tarif impor, ketidakpastian perdagangan, serta dampak kebijakan fiskal yang mulai menekan pasar tenaga kerja.
“Revisi ini konsisten dengan apa yang kami lihat di sektor lain: lapangan kerja melambat, upah stagnan, dan risiko resesi meningkat,” ujar Neel Kashkari, Presiden Federal Reserve Bank Minneapolis.
Kashkari juga memperingatkan bahwa mengabaikan data yang tidak sesuai dengan narasi politik bisa berdampak fatal. Federal Reserve sendiri sangat bergantung pada laporan BLS untuk menetapkan suku bunga dan kebijakan moneter. Jika data ini mulai diragukan, kepercayaan terhadap kebijakan ekonomi AS akan terguncang.
Artikel Terkait
Nasib Akun Facebook dan Instagram Donald Trump Segera Diputuskan
Setelah 2 Tahun Ditangguhkan, Meta Platforms akan Pulihkan Akun Facebook dan Ig Donald Trump
Donald Trump Ditembak Sniper Saat Kampanye
Biden Kutuk Keras Penembakan Donald Trump
Prabowo Subianto Sampaikan Selamat atas Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS, Fokus Perkuat Kemitraan Strategis
Donald Trump Ancam Tarif 100 Persen untuk BRICS, Tekanan Baru pada Dominasi Dolar AS
Dipimpin Kamala Harris, Kongres AS Resmi Sahkan Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Terpilih
Ada yang Aneh, Isyarat Tangan Elon Musk di Pelantikan Donald Trump Picu Perdebatan Online