Senin, 22 Desember 2025

Berubah Sikap, Trump Umumkan Bantuan Senjata Baru untuk Ukraina, Ancam Sanksi bagi Pembeli Minyak Rusia

Photo Author
- Selasa, 15 Juli 2025 | 09:00 WIB
Trump dan Sekjen NATO Rutte bahas bantuan senjata dan ancaman sanksi untuk Rusia. (Foto: Instagram @potus)
Trump dan Sekjen NATO Rutte bahas bantuan senjata dan ancaman sanksi untuk Rusia. (Foto: Instagram @potus)

ESENSI.TV, AMERIKA - Presiden Donald Trump mengumumkan pengiriman senjata baru ke Ukraina sekaligus mengancam sanksi bagi negara-negara yang tetap membeli minyak dari Rusia

Pernyataan ini menandai ketegangan baru dalam dinamika geopolitik Eropa dan menunjukkan meningkatnya tekanan terhadap Moskow agar segera menghentikan invasinya ke Ukraina.

Trump menyampaikan pernyataan tersebut di Gedung Putih saat bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte. 

Ia menegaskan bahwa AS akan menyediakan miliaran dolar dalam bentuk bantuan persenjataan untuk Ukraina. 

Baca Juga: Menelusuri Jejak Kolonial di Benteng Van der Wijck, Wisata Sejarah yang Unik di Kebumen

Salah satu bantuan utama adalah sistem rudal pertahanan udara Patriot, senjata yang sangat dibutuhkan Ukraina untuk menghadapi gelombang serangan udara Rusia.

“Peralatan ini lengkap dengan baterainya. Beberapa akan dikirim dalam beberapa hari mendatang,” ujar Trump. 

Ia juga menjelaskan bahwa beberapa negara pemilik sistem Patriot akan menukarnya dengan sistem baru dari AS agar bisa segera dikirimkan ke Ukraina. 

Dari 17 unit yang telah dipesan oleh negara lain, sebagian besar bisa segera dialihkan ke Ukraina.

Sejumlah negara anggota NATO seperti Jerman, Finlandia, Denmark, Swedia, Norwegia, Inggris, Belanda, dan Kanada juga menyatakan komitmennya untuk ikut memperkuat sistem pertahanan Ukraina melalui aliansi transatlantik tersebut.

Baca Juga: Jangan Tunggu Rusak! Ini Ciri-Ciri Motor Harus Segera Diservis Sebelum Terlambat

Tak hanya soal senjata, Trump juga menyampaikan ultimatum keras terhadap negara-negara yang masih membeli minyak Rusia. 

Ia memperingatkan bahwa sanksi sekunder akan diberlakukan dalam waktu 50 hari jika Rusia tidak menyetujui kesepakatan damai. 

Sanksi ini tidak hanya menyasar Rusia, tetapi juga mitra dagangnya, termasuk negara-negara besar seperti Tiongkok dan India.

Halaman:

Editor: Raja H. Napitupulu

Sumber: reuters.com

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X