Setelah eskalasi kekerasan tersebut, gencatan senjata dicapai pada Sabtu lalu dengan dukungan dan tekanan diplomatik dari Amerika Serikat. Meskipun demikian, retorika dari kedua negara tetap panas.
Kementerian Luar Negeri Pakistan menolak pernyataan Modi, menyebutnya sebagai “provokatif dan berbahaya”, serta tidak mendukung upaya perdamaian regional.
Ketegangan diplomatik juga meningkat, dengan kedua negara saling mengusir staf diplomatik.
India menyatakan seorang pejabat Pakistan sebagai persona non grata, dan Pakistan pun membalas dengan tindakan serupa terhadap staf India di Islamabad.
Baca Juga: Keterbatasan Metode Pengukuran dan Pelajaran bagi Pemerintah dari Angka Kemiskinan Bank Dunia
Keduanya diberikan waktu 24 jam untuk meninggalkan negara tempat mereka bertugas.
Perselisihan ini menyoroti betapa rapuhnya perdamaian di kawasan Asia Selatan, terutama menyangkut wilayah Kashmir yang telah menjadi sumber konflik selama puluhan tahun.
Meski kedua negara telah menyatakan komitmen terhadap gencatan senjata, ancaman dan peringatan yang dilontarkan memperlihatkan bahwa risiko konflik bersenjata masih mengintai.
Dukungan internasional dan diplomasi yang berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk menjaga kestabilan dan mencegah konflik skala besar di kawasan tersebut.***(LL)
Artikel Terkait
Di Kairo, Presiden Prabowo Subianto Langsungkan Pertemuan dengan PM Pakistan, Ternyata Bahas Hal Ini
Ketegangan Membara di Kashmir, India Lancarkan Serangan Udara ke Pakistan
Markas Militan di Pakistan Dihantam Rudal India, Keluarga Pendiri Jaish Tewas
Kekhawatiran Meningkat, Warga India dan Pakistan Panik Timbun Makanan hingga Mengungsi
Modi Peringatkan Pakistan: India Akan Balas Jika Diserang, Tak Takut Ancaman Nuklir