ESENSI.TV, POLHUKAM - Ketenangan warga Kampung Lambera di Distrik Yugumoak, Kabupaten Puncak, Papua, mendadak berubah menjadi kepanikan.
Suasana damai mendadak porak-poranda setelah serangan keji dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Kalenak Murib.
Aksi tersebut tidak hanya menewaskan warga sipil, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat setempat yang harus menyaksikan rumah-rumah adat (honai) mereka dibakar habis.
Ironisnya, latar belakang serangan ini diduga dipicu oleh konflik rumah tangga sang pemimpin KKB sendiri.
Baca Juga: UNESA Buka Lowongan Dosen Tetap 2025, Terbuka untuk Lulusan S2 dan S3
Menurut keterangan resmi dari Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol. Dr. Faizal Ramadhani, serangan terjadi pada Selasa, 17 Juni 2025, sekitar pukul 16.00 WIT.
Dalam insiden itu, Kalenak Murib bersama kelompoknya membawa empat pucuk senjata api laras panjang dan langsung menyasar warga Kampung Lambera.
Akibat serangan brutal tersebut, tiga orang warga sipil meninggal dunia, empat lainnya mengalami luka-luka, dan setidaknya 11 honai dibakar hingga rata dengan tanah.
Brigjen Faizal menyatakan bahwa tindakan KKB ini merupakan bentuk nyata kejahatan terhadap kemanusiaan.
Baca Juga: Judistira Hermawan: Jakarta Menuju Kota Global yang Tangguh, Sejahtera, dan Berbudaya di Usia ke 498
“Ini adalah aksi biadab yang menyasar warga sipil tak berdosa. Kami tidak akan tinggal diam. Operasi Damai Cartenz akan terus mengejar dan menindak tegas pelaku sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya, dikutip pada 23 Juni 2025.
Yang mengejutkan, motif di balik aksi penyerangan ini ternyata bersifat sangat personal.
Berdasarkan keterangan para saksi, Kalenak Murib disebut-sebut mengamuk setelah mengetahui bahwa istri ketiganya berselingkuh dengan anak buahnya sendiri, bernama Minanggen Wijangge.
Amarah itulah yang kemudian mendorongnya melakukan tindakan ekstrem terhadap kampung yang tidak bersalah.