perspektif

Pemanasan Global dan Indonesia: Apa yang Berubah dan Mengapa Kita Harus Waspada?

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:21 WIB
Ilustrasi warga di sungai.

Baca Juga: Indonesia Kurangi Pemanasan Global dengan Suplai Biomassa

Laut yang lebih hangat memberi energi lebih besar pada badai tropis. Gelombang panas menjadi lebih panjang dan lebih mematikan. Dengan kata lain, pemanasan global tidak selalu menciptakan bencana baru, tetapi memperparah bencana yang sudah ada.

Sebagai negara tropis, Indonesia dalam peta kerentanan global memiliki risiko berlapis. Selain itu, Indonesia juga memiliki karakteristik geografis yang unik sekaligus rentan karena jumlah pulaunya lebih dari 17.000.

Berikutnya, garis pantai lebih dari 108.000 km karena itu sebanyak jutaan penduduk tinggal di wilayah pesisir dan dataran rendah. Hal itu mengakibatkan masyarakat memiliki ketergantungan tinggi pada sektor berbasis iklim seperti pertanian, perikanan, dan energi alam.

Menurut Climate Knowledge Portal Bank Dunia, Indonesia tergolong negara dengan risiko iklim tinggi, terutama terhadap banjir, kekeringan, kenaikan muka laut, longsor, dan badai tropis.

Kombinasi antara perubahan iklim global dan faktor lokal seperti degradasi lingkungan, urbanisasi cepat, dan tata ruang yang belum adaptif, membuat dampaknya semakin berat.

Baca Juga: Kena Tipu! Mimpi Anak Berseragam Polisi Berakhir Pahit, Ayah di Rela Jual Rumah Berujung Kehilangan Rp1,1 Miliar

Pola Hujan Tak Bisa Diprediksi

Dulu, petani Indonesia mengenal kalender tanam berbasis musim yang relatif stabil. Kini, pola itu semakin sulit ditebak. 

Lembaga Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa perubahan iklim telah menggeser pola curah hujan di banyak wilayah Indonesia.

Musim hujan datang lebih singkat namun lebih intens. Hujan ekstrem terjadi di luar musim, dan periode kering menjadi lebih panjang di beberapa daerah

Dampak perubahan iklim itu sangat nyata. Salah satunya, banjir bandang yang merusak sawah dan infrastruktur. Selain itu, kekeringan mengancam ketahanan pangan, bahkan bendungan dan pembangkit listrik tenaga air menghadapi fluktuasi ekstrem.

Hal ini bukan hanya masalah cuaca, melainkan juga masalah ketahanan sistem energi dan pangan nasional.

Kenaikan muka laut adalah salah satu dampak paling berbahaya dari pemanasan global. Ketika es di Greenland dan Antarktika mencair, air laut global naik, termasuk di Indonesia.

Bagi masyarakat pesisir yang mengalami kejadian itu secara langsung, mereka melihat air laut menggenangi permukiman. Selain itu, intrusi air asin merusak sumber air tawar, tambak dan sawah kehilangan produktivitas. Akibatnya, infrastruktur energi pesisir terancam rusak.

Di beberapa wilayah pesisir utara Jawa, fenomena rob kini terjadi hampir sepanjang tahun. 

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir dan Hasrat Pembangunan

Kamis, 18 Desember 2025 | 11:03 WIB

Simalakama AI untuk Media Massa

Minggu, 28 September 2025 | 13:00 WIB

Listrik Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat

Rabu, 3 September 2025 | 20:14 WIB

Semua Ada Akhirnya

Rabu, 9 Oktober 2024 | 08:24 WIB

Mpox dan Empat Generasi Vaksin

Selasa, 27 Agustus 2024 | 16:56 WIB

Dampak Negatif Pilpres 2024 terhadap Masyarakat

Selasa, 23 Juli 2024 | 16:37 WIB

WNA Korea yang Kerja di Indonesia Rasis!?

Sabtu, 15 Juni 2024 | 14:00 WIB

Nobel Caltech. 1 Kampus Meraih 47 Nobel

Selasa, 11 Juni 2024 | 14:30 WIB

Belajar Dari Soeharto dan Nadiem Makarim

Rabu, 29 Mei 2024 | 15:05 WIB