Senin, 22 Desember 2025

Salim Said Mendayung di Dua Dunia: Pengamat Film dan Pakar Militer

Photo Author
- Minggu, 19 Mei 2024 | 15:00 WIB
Tokoh Pers Salim Said telah meninggal dunia. Pemikirannya  banyak memengaruhi dunia perfilman dan militer di Indonesia/IST
Tokoh Pers Salim Said telah meninggal dunia. Pemikirannya banyak memengaruhi dunia perfilman dan militer di Indonesia/IST

Salim Said adalah sosok yang unik. Di satu sisi, dia adalah seorang pengamat film yang dihormati. Di sisi lain, dia adalah seorang pakar militer yang diakui. Perpaduan minat yang tidak biasa ini membuatnya menjadi suara yang menarik. Dan berwawasan dalam kedua bidang tersebut.

Saya pribadi mengenal dan seringkali berinteraksi dengan Salim Said sejak tahun 80-an sebagai wartawan Majalah Tempo. Seingat saya sebelum ia melanjutkan studinya di Ohio, Amerika dan kembali ke Tanah Air dengan gelar Ph.D.

Terlahir di Amparita, Pare-Pare, Sulawesi Selatan dengan darah Bugis-Arab mengalir dalam tubuhnya. Salim Said yang saya kenal adalah sosok jurnalis yang artikulatif baik saat berbicara maupun menulis. Koleksi buku di perpustakaan pribadinya banyak dan seringkali dipinjamkan ke saya, beberapa saya foto copy, lalu saya kembalikan. B

anyak orang yang kalau pinjam buku tidak pernah dikembalikan. Tapi koleksi buku Salim Said masih kalah jauh dibandingkan dengan Wiratmo Sukito, Mochtar Lubis dan tentu saja Sutan Takdir Alisyahbana.

Seingat saya, koleksi buku Prof. Dr. Fuad Hasan, Prof. Dr. Selo Sumardjan, Prof. Dr. Kuntjaraningrat dan Prof. Dr. Nurcholis Madjid maupun Prof. Dr. Abdul Hadi WM juga banyak. Karena beberapa buku bagus koleksinya juga pernah dipinjamkan ke saya, saya foto copy, lalu saya kembalikan.

Pengamat Film


Sebagai pengamat film, Salim Said memulai karirnya di tahun 1980-an. Dia menulis untuk berbagai publikasi, termasuk majalah dan surat kabar ternama. Dia juga menjadi pembicara di berbagai festival film dan acara industri film lainnya.

Said dikenal karena ulasannya yang tajam dan wawasannya yang mendalam tentang dunia film. Dia juga dikenal karena kemampuannya untuk menghubungkan film dengan isu-isu sosial dan politik yang lebih luas.

Selain minatnya pada film, Said juga memiliki minat yang besar pada militer. Dia telah mempelajari sejarah militer dan strategi selama bertahun-tahun. Dia juga telah menulis buku dan beberapa artikel tentang topik tersebut.

Said adalah komentator yang sering diundang di media tentang isu-isu militer. Dia dikenal karena analisisnya yang seimbang dan wawasannya yang mendalam tentang masalah keamanan nasional.

Dalam berpuluh kali diskusi, baik di Jalan Sabang tempat kami seringkali berkumpul, di Balai Budaya (Jl. Gereja Theresia, Kantor Redaksi Majalah Sastra Horison) serta di Taman Ismail Marzuki. Seingat saya gaya berbicara seorang Salim Said selalu tajam dalam diksi dan intonasi, meyakinkan orang yang diakaknya bicara.

Kata yang masih terngiang di telinga saya ialah: "How much you have the power!"

Diskusi Kekinian


Saat itu kami diskusi soal bagaimana kekuasaan Orde Baru harus segera diakhiri dengan dua pilihan. Penguatan Parlemen lalu membuat Mosi Tidak Percaya. Dan People Power sebagaimana rakyat Philippines bergerak bersatu menurunkan Presiden Marcos.

"Pak Harto masih punya militer yang kuat, dan Parlemen sudah dalam kooptasi kekuasaannya. How much you have the power?" teriaknya.

Minat Said pada film dan militer mungkin tampak tidak berhubungan pada awalnya. Namun, dia telah menemukan cara untuk memadukan kedua minatnya ini.

Dia telah menulis dan berbicara tentang bagaimana film dapat digunakan untuk memahami masalah militer. Dia juga telah menggunakan keahliannya dalam sejarah militer untuk menganalisis film yang berlatar belakang perang.

Perpaduan minat yang unik ini membuat Said menjadi suara yang berharga dalam kedua bidang film dan militer. Dia adalah seorang pemikir yang orisinal dan provokatif yang selalu menawarkan perspektif baru tentang topik-topik penting.

Eksodus Majalah Tempo


Salim Said and His Gang pernah melakukan eksodus dari Majalah Tempo. Dan merencanakan membuat tandingan dengan menerbitkan majalah bernama Orbit yang tidak pernah mengorbit. Di Kantor Ketua Umum PSSI di jalan Sabang, saya pernah diajak bergabung satu kapal, saat itu usia saya baru 20-an tahun.

By the way, Salim Said telah menginspirasi saya dalam dunia perfilman dan dunia tentara. Kedua disiplin itu belakangan juga saya geluti dalam kapasitas saya.

Terima kasih, Bung Salim Said, buku-buku yang telah engkau pinjamkan dan selalu saya kembalikan. Serta ilmu perfilman maupun ilmu militer yang engkau sedekahkan sangat bermanfaat bagi kehidupan saya di kelak kemudian.

Selamat berpulang di haribaan Sang Maha Keabadian. Fight and Peace. You have a lot of power, amal saleh!

 

Penulis: Gus Nas (Budayawan)

Editor: Raja H. Napitupulu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Banjir dan Hasrat Pembangunan

Kamis, 18 Desember 2025 | 11:03 WIB

Simalakama AI untuk Media Massa

Minggu, 28 September 2025 | 13:00 WIB

Listrik Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat

Rabu, 3 September 2025 | 20:14 WIB

Semua Ada Akhirnya

Rabu, 9 Oktober 2024 | 08:24 WIB

Mpox dan Empat Generasi Vaksin

Selasa, 27 Agustus 2024 | 16:56 WIB

Dampak Negatif Pilpres 2024 terhadap Masyarakat

Selasa, 23 Juli 2024 | 16:37 WIB

WNA Korea yang Kerja di Indonesia Rasis!?

Sabtu, 15 Juni 2024 | 14:00 WIB

Nobel Caltech. 1 Kampus Meraih 47 Nobel

Selasa, 11 Juni 2024 | 14:30 WIB

Belajar Dari Soeharto dan Nadiem Makarim

Rabu, 29 Mei 2024 | 15:05 WIB
X